Social Climbers on Social Scope

hallo hallo hallo, setelah beberapa postingan sebelumnya saya mengkritisi hal-hal yang sedikit "tidak biasa" maka post kali ini saya membahas tentang suatu topik yang "kita banget" *apaan sih fat*

hmm kalo diliat dari judul postingan ini kita akan menemukan kata Social Climbers dan Social Scope. 2 kata yang jaraaaaang banget ditemukan dalam satu kalimat, maka dari itu saya mencoba menyatukan mereka :D *ngaco*

Social Climbers, dalam artian positif dan negatif selalu ada seperti yang dijelaskan di sini. namun pada postingan kali ini yang saya kritisi adalah yang sisi negatifnya, karena menurut saya ada beberapa hal yang masih salah menurut pandangan sebagian besar dari kita. dan Social Scope, apaann tuh fat ? bangsanya whatsap, twitter, sama bbm itu ya fat ? haha bukaaaan, bukan Social Scope yang software mobile application itu, Social Scope yang saya maksud di sini adalah ruang lingkup sosial secara luas teman-teman.. :)

just share, ga semua social climbers bisa diterima di kelas sosial tertentu dengan tangan terbuka. saya heran dengan beberapa orang yang (tanpa meraka sadar) rela menjadi social climbers dengan cara yang tidak bermoral dan menyalahi etika masyarakat. menjadi social climbers itu capek loh, saya melihat pengalaman beberapa orang yang dengan susah payah berusaha menjadi social climbers dengan cara yang "instan" yang akhirnya membuat dia terlempar kembali ke kelas sosial asal mereka karena tidak bisa bertahan di kelas sosial yang sudah mereka climb, ada banyak faktor yang membuat mereka kembali. diantaranya adalah akhirnya mereka menyadari bahwa memang tidak seharusnya mereka berada di kelas sosial itu karena ada berbagai perbedaan, baik perbedaan budaya, bahasa, body language, pandangan, dan tentunya perbedaan gaya hidup.

social climbers on social scope, ya ga masalah kalo memang itu adalah reward dari achievement yang sudah dicapai, kalo menurut saya itu sih udah otomatis akan diterima dengan tangan terbuka oleh kelas sosial itu karena kita adalah seorang yang dianggap "positioning" dan mereka cenderung akan enjoy dengan keberadaan kita. namun kalo kita menjadi social climbers yang "maksa" maka kita akan sulit untuk membawa diri dan berbaur dengan mereka. ya pastinya adaaa aja yang ga cocok, entah ketika mereka cerita kita ga paham, mereka diskusi tentang suatu topik kita masih menganalisis apa sih sebenernya yang mereka omongin, dll kan kalo gitu repot jadinya, dan bagi kelas sosial tertentu, ada anggapan bahwa semakin luas wawasan seseorang, semakin menunjukan kelas soasial mereka.

jadi, ga perlu maksa untuk menjadi social climbers, toh dengan cara berbicara kita, cara kita membawa diri,selera kita, dan kebiasaan-kebiasaan kita orang lain bisa menilai kok dari kelas sosial mana kita berada.

contoh kecil nih, sebagai mahasiswa international, banyak yang berusaha menghubungi saya karena kesamaan minat maupun diskusi tentang sesuatu yang berkaitan dengan bidang yang saya tekuni. karena kami para mahasiswa international termasuk duta Indonesia yang bersekolah di luar negeri, tentu kode etik kami sebagai mahasiswa International adalah selalu ramah dan berusaha memberikan Informasi sebanyak-banyaknya kepada temen-teman di Indonesia tentang hal-hal yang berkaitan dengan negeri tempat kami study. meskipun itu adalah orang yang tidak kami kenal, karena pada dasarnya itu salah satu bentuk rasa syukur kita karena tidak semua warga Indonesia kan memiliki kesempatan untuk study di luar negeri ? jadi suatu hari ada seseorang yang chat sama saya via skype, anggap saja orang itu Z dan saya M (me)

Z : hallo Riffat, how's Aussie ?
M : eh iya, gue baik.. Aussie ya gini-gini aja..
Z : eh di sana harga sayur mahal banget yah soalnya secara gitu yaa Aussie kan negeri empat musim ga kayak indo yang tropis gini.. jadi dapetin sayur rada susah gitu.
M : hah ? emang iya? lo tau dari mana sih info gituan ?
Z : yaah temen gue kan banyak yang kuliah di Aussie juga, ga cuma lo aja..
M : *berusaha tetap tenang menghadapi pernyataan sarkatis itu* hmm gue gatau yah temen-temen lo itu kuliahnya di Aussie bagian mana, yang jelas kalo di sini sih gue selama ini fine aja tuh beli sayur. sayurnya seger-seger  aja kok ga layu, kalo harga menurut gue affordable aja tuh, apalagi kalo pasar nya uda mau tutup. biasanya diskon sampe 80 sampai 90 % tuh.. ga ada masalah..
Z : *diem lama banget* hmm gitu yah, eh lo tuh kuliah jurusan apa sih ?
M : medical science, emang kenapa ?
Z : oh medical science ? yang nantinya kalo lulus bakalan jadi penyuluh di desa-desa itu ya ? kalo di Indo jurusan lo kayak FKM itu kan ?
M : (dalam hati) *buset deh di orang ngapain juga gue kuliah jauh-jauh ke ostrali kalo lulus cuma jadi penyuluh dari puskesmas satu ke puskesmas lain, lagian selama gue kuliah yang gue tau jurusan gue itu arahnya ke research deh, jauh banget sama publik health seperti yang ni orang sebutin* hmmm coba lo buka ini deh www.XXXX.com (saya kasih Z link tentang detail jurusan saya, materi-materi yang dipelajari, prospek karier,dll)
M : *end chat* (pusing ngadepin orang kayak gitu*

trus cerita kedua, ini pengalaman Rusma, sodara kembar saya yang kuliah di Jepang.yang mengalami pengalaman sejenis dengan pengalaman saya. anggap aja seseorang yg chat rusma itu O dan Rusma R

O : Rusmaaaaaa, seneng banget ya kamu kuliah di Jepang, tiap hari makan nya pasta, kalo di Indo mah pasta harganya pasti mahal dan cuma ada di resto elit gitu
R : (dalem hati) *hallooooo, gue tuh di Jepang, bukan di Italy. ya tiap hari gue sarapan pagi sama sashimi, bukannya pasta, giman sih ni orang*

dari kedua cerita di atas, kita bisa menilai kan, kalo memang si Z dan O adalah anggota kelas sosial yang benar, bukannya sosial climbers. mereka ga akan membuat bingung saya dan Rusma karena pembicaraan tentang hal-hal sepele seperti itu. ya kan mending nanya deh daripada sok tau yang akhirnya mempermalukan diri sendiri di hadapan kelas sosial yang kita climb.

benang merah dari postingan kali ini adalah, bersyukurlah dengan hidup yang kamu miliki sekarang, yakinlah bahwa tuhan telah memberikan kamu hidup yang terbaik menurut-NYA. dan jangan pernah menjadi orang lain dengan memaksakan diri untuk menyamakan kelas sosial, jadilah dirimu sendiri. jangan beranggapan karena kamu bertanya kepada kami, kami akan memandang rendah dari kelas mana kamu berasal, usir pikiran itu, kita malah senang loh kalo banyak yang tanya ke kita dengan jujur karena kita merasa apa yang kami dapat bisa bermanfaat bagi orang lain, dan mudah-mudahan mereka yang bertanya dengan baik dan jujur kepada kita, kelak akan bisa menyusul langkah kita yang secara otomatis berada pada kelas sosial yang sama dengan kita :)



Best Regards,



FRA

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)