saya tidak pernah tau rasanya diterima di perguruan tinggi negeri di Indonesia, toh saya berkuliah di institut swasta di Surabaya, itupun melalui jalur nilai, tanpa test. tapi masih jelas di ingatan saya ketika nama saya dinyatakan lulus di jurusan pendidikan dokter salah satu universitas swasta di Surabaya dan ketika email saya mendapat Letter of Acceptance, jawaban dari aplikasi yang saya kirim. LoA dari University of New South Wales, Sydney Australia yang menyatakan bahwa saya termasuk first candidate untuk major Medical Science. rasanya itu.... biasa aja
pertanyaan kalian selanjutnya adalah, "kenapa kok ga diambil ?" untuk yang pendidikan dokter, saya ga cukup yakin bisa sabar menyelesaikan pendidikan dalam 6 tahun dimana untuk major lain ada yang 3,5 tahun saja sudah bisa lulus S1, dan ketika itu saya membandingkan pendidikan bachelor di Australia yang S1 diselesaikan maksimal dalam waktu 3 tahun.
sementara untuk medical science, orang tua saya berat untuk melepas putrinya untuk berkuliah di jurusan itu karena jurusan tersebut masih sulit untuk diaplikasikan di Indonesia, fyi Medical Science means "ilmu kedokteran" in Indonesian, tapi pada praktiknya jurusan ini mengarah kepada penelitian untuk menciptakan kemajuan dalam ilmu kedokteran. sementara di Indonesia jurusan ini tergabung di jurusan pendidikan dokter S1 (sarjana kedokteran). setelah lulus di jurusan Medical Science kemungkinan besar saya akan bekerja di laboratorium kedokteran di Australia, atau di negara yang tidak membatasi ilmu pengetahuan dengan agama. mohon maaf walaupun saya pemeluk agama islam, tapi saya setuju bahwa kadang peraturan beragama di Indonesia sedikit banyak berpengaruh dalam ilmu pengetahuan, misalnya ketika seorang doktor havard melakukan penelitian di bidang virology di lab milik USA yang terletak di jawa barat. udah muncul tuh issue kalo doktor itu mata mata USA lah, zionis lah, dll juga ketika transplantasi hati seorang menteri di Indonesia sangat menjadi kontroversi karena selalu dikaitkan dengan peraturan agama. menurut saya itu udah urusan masing-masing dengan tuhan lah.
persoalan transplantasi hati saja menjadi kontroversi hebat, apalagi kalo ada launching darah sintetis, usus dua belas jari sintetis, dll makin runyam sajalah.
dengan alasan itu orang tua saya tidak setuju saya kuliah di Aussie, mereka yakin kecil kemungkinan saya akan bisa bekerja di Indonesia dengan major seperti itu.
"kok ga ambil jurusan lain?" hmmm menurut kamus saya, jurusan yang akan saya pelajari di bangku kuliah hanya 2 : bidang kedokteran, atau bidang konstruksi bangunan. waktu itu saya berencana mau ambil civil engineering, tapi untuk Australia civil engineering jadi satu sama arsitektur sementara saya ga suka arsitektur. akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Indonesia saja.
"kok ga di negara lain seperti singapura, UK, atau USA?" hmm Australia adalah negara yang paling cocok dengan karakter belajar saya selain Indonesia, jujur saja bahasa inggris Australia lebih mudah saya pahami dibanding bahasa inggrisnya orang Singapura. untuk malaysia, saya ga pernah kepikiran mau kuliah disana. kalau UK dan USA, kejauhan.. saya masih belum siap kuliah sejauh itu dari Indonesia.
"kenapa kok kuliah di PTS ?" karena saya ga ngejar gengsi :D becanda, saya melihat banyak mereka yang mengejar bangku PTN cari bangga, bukan cari ilmu. saya mau keluar dari opini bahwa PTN adalah yg terbaik, PTS ga kalah baik hanya karena masuk PTS tidak sesulit PTN. memang saya akui, PTN (biasanya) sangat terdepan dalam urusan laboratorium, karena disubsidi pemerintah, sementara PTS kan ga ada subsidi jadi ekspansi untuk laboratorium memang di belakang PTN. tapi selain itu saya pikir sama aja, dari dosen, kurikulum, sarana prasarana (kecuali lab), dll. ya intinya balik ke personal mahasiswa juga, mau yang ngajar professor juga kalo ga paham ya ga paham. dan perlu diketahui, lab di kampus SANGAT BERBEDA dengan lab di perusahaan, jadi sebenarnya intinya ada di teori, bukan lab nya. malah banyak ketika kita lulus kuliah dan melamar pekerjaan, kita justru ditraining untuk menguasai bidang pekerjaan kita. sangat jarang perusahaan merekrut karyawan fresh graduate langsung pake tanpa melalui proses training.
"tapi kan kalo lulus dari PTN gampang cari kerja soalnya perusahaan lebih percaya PTN dari PTS" hmmm lupa ya kalo rezeki udah ada yang atur ? menurut saya mau lulusan cum laude PTN paling susah masuknya se-Indonesia kalo takdirnya ga keterima di perusahaan A ya ga bakal keterima, tapi sebaliknya, walalupun dia lulusan PTS dengan nilai biasa biasa saja kalo emang takdirnya keterima di Perusahaan A ya keterima juga.
banyak kok yang mencibir saya hanya karena saya tidak berkuliah di PTN atau ketika melihat jas almamater saya. saya sih terserah, karena sebenarnya "ada banyak hal yang melenceng dari ekspektasi kita" dan biasanya itu berbanding lurus dengan kearifan dalam melihat sesuatu. banyak juga kok teman teman saya yang biasa aja kuliah di PTN, kan sama sama kuliah. kata mereka.
yang saya tau nih, rata-rata teman saya yang kuliah di PTS itu anak pengusaha di bidang yang sama, misalnya saya punya teman anaknya kontraktor bangunan kuliah teknik sipil bareng saya, jadi dia kuliah buat cari ilmu dan relasi, saya tanya kok bisa ? dan dia bilang "walaupun aku biasa aja di kelas, tapi aku mau rekrut temen temen yang pintar buat gabung di perusahaanku, susah rekrut kalo dari PTN, mereka biasanya idealis, maunya kerja di migas atau BUMN aja soalnya gaji besar padahal kalo fresh graduate mah dapat kerjaan aja udah syukur" saya terdiam. apa yang dia katakan.... benar.
ga salah temen-temen PTN berpikiran gitu karena memang lowongan kerja yang masuk ke kampus biasanya dari migas dan BUMN, kecil kemungkinan dapat info dari teman karena sama-sama masih belum tau dunia kerja.
biasanya memang PTS lebih santai dibandingkan PTN, dengan begitu mereka (teman-teman saya) bisa sekalian menjalankan perusahaan. secara bro mereka pewaris.
jadi, yang ingin saya sampaikan adalah, "jangan terlalu sombong dengan berkuliah di PTN dan memandang sebelah mata PTS, juga jangan terlalu minder dengan berkuliah di PTS, PTS itu ga buruk kok, kalo buruk dari dulu kampus itu tutup"
Surabaya, 29 November 2013
F.R. Ma'rifah Akhsan
10 comments
tulisan yang bagus, menginspirasi sekali
ReplyDeleteterima kasih :)
Deletesaya kuliah di PTS, dan ini memang benar.. :)
ReplyDeletekalau saya ngerasanya, gengsi itu hanya ada di saat pengumuman, sakitnya tidak diterima juga hanya ada di saat pengumuman, seterusnya semua harus bisa menerima jalannya kan. dan sejatinya setelah masa itu, akan lebih berat lagi..kuliah ga segampang yang dipikirkan saat SMA ternyata. meski gak berselaras dengan kenyataan yang saya hadapi, tapi karena ini saya makin sadar, dimanapun kuliahnya, kalau itu sesuai dengan passion dan minat kita, pasti kita akan unggul dengan sendirinya.
masalah kerjaan, itu benar urusan Tuhan, jadi yang penting mencintai prosesnya saja dulu :)
waaah terima kasih sudah mau meninggalkan komentar di postingan ini..benar sekali, tidak semua orang beruntung bisa diterima kuliah di PTN. dan memang kuncinya kembali pada passion... seberapa cinta kita dengan jurusan kuliah ang kita tekuni :)))
DeleteAku kuliah di PTS karena nyambi kerja. Sementara kalau nggak kerja, aku nggak akan bisa kuliah.
ReplyDeleteMau ambil PTN yang kelas karyawan pun biayanya selangit :"
Nice article. Thanks. Aku jd nggak minder lagi kalo ada yg nanya, "kenapa nggak coba PTN?"
teman teman kuliah saya pun juga begitu :) mereka bekerja untuk membiayai kuliah :))
Deletesenang bisa membantu :))
Tadinya udah mindeeeerrr banget karna ga keterima di ptn. Sampe nemu artikel ini yg bikin aku sadar dan semangat lagi. Trimakasih artikelnya sgt membantu
ReplyDeleteterima kasih sudah berkunjung ke blog ini. senang bisa membantu :))
DeleteAku setuju kali liat blog ini
ReplyDeleteTerima kasih kawan.....
#anakmedan
siapa sama sama :)
Deletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)