Poligami, Sesimpel Itu Kah ?

By Riffat Akhsan - March 25, 2014

suatu pagi, di proyek.

tukang : mbak memang ya ujian terberat laki laki itu perempuan..

me : hmm ?

tukang : iya mbak..

me : emangnya kalo boleh tau istri bapak kenapa ?

tukang : istri saya kan tiga mbak...

me : hah ? emang satu ga cukup pak ?

tukang : ya mbak, poligami itu biasa.. si itu *menunjuk salah satu tukang saya yang lagi menyusun bata* istrinya ada 10, di tiap kota ada, seminggu sekali disambangi. kalo yang itu *menunjuk tukang saya yang lagi menganyam besi welded wiremesh* istrinya 2



me : semudah itu kah pak untuk menikah (lagi) ?

tukang : prinsipnya gini mbak, saya mau dia mau, saya bisa nafkahi dia. kita menikah.

me : kalau ada konflik gimana pak ?

tukang : yaitu tadi, dia harus nerima saya yang begini. kalau enggak ya cerai mbak..

me : ya semua hal kan memang bisa jadi ujian pak... bukannya hidup begitu ?

tukang : iya juga ya mbak...

hari itu saya benar benar menganalisa fenomena poligami di kalangan tukang dan mandor, beberapa hari kemudian saya berkumpul dengan teman teman saya sesama pekerja proyek. dengan saya perempuan satu-satunya.

me : poligami di kalangan tukang dan mandor itu hal yang biasa banget ya ? kemarin kapan hari tukangku cerita gitu

A : biasa fa...

B : ya wajarlah mereka gitu, kan kerjaan mereka lebih berat dari kita.

C : mereka beda fa sama kita pemikiran nya, kalo kita kan cukup satu, tapi untuk selamanya

me : menikah itu kan perkara tanggung jawab rek.. ya ibarat kita kuliah di dua tempat. dua-duanya harus kita selesaikan dalam waktu bersamaan. bobotnya kan sama..

D : gini fa, kalo kamu sama tukang, pahami pemikiran mereka. kamu gausah jauh jauh ngomong soal tanggung jawab, apalagi soal rasa cinta. ga ada di kamus mereka, kebutuhan biologis mereka menuntut untuk mereka poligami, semua karena mereka kerja fisik.

me : ya tapi apa semudah itu rek ? ada juga kan tukang yang setia, kerja bener bener buat istri sama anaknya..

C : ya kan ga semua fa tukang dan mandor itu poligami, seperti yang kamu bilang. segala sesuatu pasti ada dua sisi, nah termasuk fenomena poligami ini.

B : kalo kata mereka poligami atau enggak itu tergantung sikap istri ke mereka.

A : mereka merasa punya uang, dan menikah itu menghalalkan yang haram. menikahlah mereka. sesimpel itu.

me : apa karena mereka sudah terlalu skeptis dengan hidup ?

D : nah itu jawaban nya..

B : skeptis ?

me : skeptis itu kan hanya karena  dua hal, hidup terlalu mudah atau hidup terlalu sulit.

A : mereka ga perlu peduli apa kata orang, kehidupan proyek sudah keras. mereka ga peduli bagaimana terlihat baik di hadapan orang lain, selama mereka tidak memiliki urusan dengan orang lain.

C : simpel, mereka tidak mencampuri urusan orang lain, ya sudah seharusnya orang lain tidak mencampuri urusan mereka, termasuk urusan tentang poligami.  toh biasanya istri istri mereka tinggal di kota yang berbeda satu sama lain.

D : emang kenapa fa kamu kok tanya fenomena tukang ini ?

me : ya aku cuma mencoba memahami pemikiran mereka, kan aku kerja bareng mereka, mungkin kalian cowok cowok merasa ga penting untuk paham pemikiran mereka asal kerjaan selesai, tapi enggak buat aku, aku harus menemukan cara penyampaian yang tepat kalo aku gamau diremehkan. well semua kembali ke masalah gender sih, aku ga statis bahwa aku atasan dan mereka bawahan, tapi sampai hari ini dengan pengalaman mereka kadang aku yang masih muda dan perempuan dimata mereka masih kurang kompeten untuk jadi atasan mereka...

B : nah itu fa, ilmu memahami manusia emang harus kamu pelajari sendiri dari pengalaman..

C : kitapun juga sama sebenarnya, hanya karena masalah umur yang lebih muda kita dipandang kurang pengalaman..

A : hidup ya gitu, ada banyak hal yang sebenarnya keadilan tapi terasa sebagai ketidakadilan.


dari percakapan saya dengan teman teman, juga para tukang dan mandor. saya jadi paham satu hal, bahwa semua orang memiliki pandangan sendiri sendiri dalam melihat suatu hal. rasanya tidak berhak bagi kita untuk menjustifikasi benar dan salah hanya karena kita tidak sepandangan dengan mereka.




Surabaya, 25 Maret 2014




Rifa Akhsan

  • Share:

You Might Also Like

8 comments

  1. Duh...*geleng-geleng sepuluh????

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga kaget mbak... tapi hal itu memang terjadi

      Delete
  2. Replies
    1. yaitu tadi.. kalo kita cukup satu, tapi untuk selamanya :))

      Delete
  3. coba kalau mereka bener2 memahami poligami yang sesungguhnya dalam islam, walau diperbolehkan poligami dalam islam ada syarat dan ketentuan yang berlaku, dan kalau kita baca ayat yg memperbolehkan poligami dalam alquran secara utuh Allah SWT Merekomdasikan untuk monogami daripada Poligami CMIWW :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. yah, begitulah.. sampai sekarang saya pun masih ragu, mungkinkah berlaku adil memiliki istri lebih dari satu seperti mereka...

      Delete
  4. Supir bos saya, dia umurnya sekitar 35an Tapi punya isteri 4 dalam 1 kota, dan semuanya akur. punya 16 anak dari ke-4 isterinya itu. dan yg bikin saya bengong, salah satu anaknya baru saja menjadi Polwan. ada hal-hal menarik dr perjalanan kisahnya, tp kayanya gak cukup ceritain disini. hehe..
    Salam kenal mba, keren nih tulisannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah berkunjung ke sini, jangan kapok ya :))

      Delete

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)