Jum'at Sehat Save Street Child Surabaya : dari Mereka Aku Belajar Tentang Hidup
Jum'at malam, di Taman Bungkul.
"keterlaluan kita kalau nggak bersyukur"
saya menoleh, ucapan itu keluar dari Reza. mahasiswa psikologi cantik berjilbab dan berkacamata.
"hmm ?"
saya menuntut penjelasan lebih lanjut dari Reza.
sebelum Reza menjawab kebingungan saya terdengar suara Uswah, salah satu adik jalanan "Gobl*k kamu" saya kaget, Uswah berjilbab dan tidak biasanya dia berkata kasar, tapi saya sadar, Uswah tinggal di jalanan.
saya datangi Uswah dan saya tanya "kenapa ?" yang dijawab oleh Uswah dengan "dia olokin aku kak"
saya terdiam, saya tau maksud ucapan Reza tadi. mereka memang tidak tau tentang kehidupan, tapi mereka lebih tau tentang bertahan hidup. daripada saya.
hari itu adalah salah satu kegiatan rutin Save Street Child Surabaya yaitu Jum'at sehat. kegiatan ini bukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa, tapi lebih kepada membagikan susu dan biskuit kepada adik adik dan bernyanyi bersama mereka.
bergabung di Save Street Child Surabaya saya jadi paham tentang kehidupan jalanan. selama ini saya pikir mereka yang tinggal dan hidup di jalanan adalah anak jalanan, tapi ternyata saya salah. anak jalanan adalah mereka yang hidup di jalanan karena pelarian, entah itu karena keluarga, lingkungan atau hal lain. sementara anak-anak yang berprofesi sebagai pengamen, penjual koran, pedagang asongan, dll adalah anak anak marjinal, mereka hidup di jalanan karena mereka harus bekerja untuk mencari uang.
malam itu jum'at sehat saya awali di taman Jayengrono depan Jembatan Merah Plasa, disana kami benyanyi dan berbagi keceriaan bersama adik adik
acara dilanjutkan ke Taman Bungkul, perjalanan ke Taman Bungkul dipecah menjadi dua, lewat Ambengan dan lewat Kertajaya karena kami juga membagikan susu dan biskuit untuk adik-adik di lampu merah Ambengan, Delta Plaza, perempatan Lampu merah samping RS Husada Utama, dan Lampu merah Kertajaya tepatnya di daerah samsat Manyar.
saya memilih ikut jalur kertajaya, di perempatan lampu merah samping RS Husada Utama saya bertemu dengan Ari yang hari itu koran nya tinggal satu buah yang belum terjual. ketika saya tanya "sisa berapa ri ? (korannya)" Ari menjawab dengan "sisa satu juta kak" dan kami tertawa bersama, tapi jujur dalam hati saya menangis karena ucapan "sisa satu juta kak" yang keluar dari mulut Ari berarti tidak pernah habis koran yang dia jual, kalau hari ini habis besok ada lagi, begitu seterusnya.
perjalanan dilanjutkan ke lampu merah kertajaya dan berlanjut Ke Taman Bungkul, seperti titik titik seelumnya (kertajaya dan samping RS Husada Utama) kami (Volunteer Save Street Child Surabaya atau yang biasa disebut PENGAJAR KEREN) sudah ditunggu adik-adik disana.
adik - adik tertawa ceria, kami berdoa bersama, bernyanyi bersama, melihat wajah wajah polos mereka, saya merasa malu dengan Tuhan, betapa selama ini saya begitu egois dengan menjadikan diri saya sebagai poros kehidupan. saya terlalu fokus dengan target, pencapaian, dan menuntut keadaan harus sesuai dengan rencana dan Grand Plan tapi mereka, adik adik jalanan dan marjinal membukakan mata saya bahwa saya sangat beruntung dengan segala kekurangan yang saya miliki, karena mereka tidak memiliki pilihan dalam menjalani hidup. hidup berputar terlalu cepat bahkan sebelum mereka sempat memikirkan arti hidup, yang mereka tau tiba-tiba mereka terlahir begitu dan harus tetap bertahan hidup.
saya bukan orang kaya, bukan pula regulator yang bisa memperjuangkan hak mereka sebagai seorang anak yang sama dengan anak anak kebanyakan pada umumnya, saya hanya bisa berharap dengan langkah kecil Save Street Child adik adik bisa tetap punya mimpi dan kepercayaan diri bahwa masih banyak yang peduli dan sayang mereka.
Surabaya, 21 April 2014
Rifa Akhsan
Photo Taken By Rusma Akhsan
0 comments
pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)