Pengalaman Saya Berkunjung Ke Markas Save Street Child Surabaya

By Riffat Akhsan - April 18, 2014

Rabu, 16 April 2013. hari itu hujan, dan mood saya berantakan. mood saya berantakan sudah dimulai dari minggu minggu sebelumnya. dan saya punya prinsip yang aneh untuk mengatasi mood berantakan "ketika mood saya berantakan, saya harus melakukan kegiatan sosial untuk merapikan kembali mood yang berantakan"



bbm datang dari official account Save Street Child Surabaya, komunitas yang berdiri atas dasar kepedulian akan nasib anak jalanan di bulan Juni 2011 dan akan menginjak umurnya yang ke 3 tahun pada tahun ini. isi pesan bbm itu tidak panjang, hanya mengumumkan bahwa mereka akan melakukan garage sale di Taman Bungkul, iseng saya tanya apa saya boleh memberikan donasi yang bukan berupa uang dan langsung dijawab "boleh kakak".

segera setelah itu saya mengumpulkan barang-barang  layak pakai termasuk buku (iya semenjak saya menjual buku langka yang saya beli dengan harga ratusan ribu dan hanya dihargai SERIBU LIMA RATUS RUPIAH oleh penjual buku bekas saya berjanji pada diri saya sendiri untuk TIDAK AKAN menjual buku saya, apapun itu. lebih baik saya memberikan ke orang lain daripada harus menjual buku buku tersebut). saya dan Rusma, saudara kembar berangkat ke markas Save Street Child Surabaya  yang terletak di jalan Jagiran Nomor 64. tidak sulit mencari jalan yang berada di kawasan pacar keling tersebut.

saya sudah lama ingin bergabung dengan kegiatan sosial pemerhati anak jalanan ini, kegiatan utama nya adalah dengan mengajar anak anak jalanan di titik titik yang tersebar di seluruh Surabaya, ada yang di Loading Dock Plaza Surabaya, di dekat Lampu Merah jalan Ambengan, ada juga di Taman Jayengrono depan Jembatan Merah Plaza, Taman Bungkul, dll. kesibukan sebagai mahasiswa teknik sipil yang kuliah malam membuat saya harus gigit jari tidak bisa mengikuti kegiatan mengajar adik-adik jalanan ini, kami biasa mengajar pada sore hari, sekitar pukul 16.00 yang mana ketika itu saya harus mempersiapkan kuliah saya untuk malam harinya.

kesempatan untuk mengunjungi dan mengantar donasi ke markas Save Street Child Surabaya bagi saya adalah kesempatan yang diberikan tuhan untuk melakukan kegiatan diluar kuliah, bergegas kami (saya dan Rusma ) kesana dengan beberapa barang layak pakai.

sekilas tidak ada yang istimewa dari rumah berpagar putih itu, hanya ada banner besar berwarna kuning dengan huruf berwarna hitam yang mengidentifikasikan bahwa di sanalah markas Save Street Child Surabaya. disana saya bertemu dengan Mas Indra, Mas Ananta, dan Mas Jo. selaku bagian dari pengasuh adik -adik jalanan yang tinggal di markas Save Street Child Surabaya. kami ngobrol banyak tentang kerasnya kehidupan jalanan. disana saya juga bertemu dengan kakak beradik Fikri (7 tahun) dan Faris (5 tahun) menurut cerita mas Indra, Fikri dan Faris mereka temukan di Taman Bungkul Karena orang tua mereka berjualan di Taman Bungkul dan tinggal Kost di sekitar bungkul.

ada yang menyayat hati saya melihat kakak beradik itu, terlebih melihat Faris. di umurnya yang masih sekecil itu, tau apa dia tentang hidup. tapi Faris dengan kepolosan nya memberikan pelajaran tersirat kepada saya yang berumur 20an ini tentang kerasnya hidup. bukan hal  yang mudah saya pahami mereka harus tinggal terpisah dari orang tuanya karena keterbatasan tempat tinggal, tidak seharusnya mereka mengalami kepahitan hidup diumur sekecil itu. tapi itulah, hidup kadang tidak menanyakan apa yang kita rasa karena kita hanya butuh menjalani.

ketika saya diskusi lagi dengan mas Indra tentang pendidikan bagi mereka (anak jalanan) kami lalu berbicara tentang Beasiswa Anak Merdeka yang merupakan salah satu program Save Street Child Surabaya, ada satu hal yang membuat saya hampir menangis dari penyataan mas Indra "sebelum kita menyekolahkan mereka, kita tanya dulu apa mereka mau sekolah atau tidak. percuma mereka kita sekolahkan kalau ternyata si anak ini jadinya membolos terus-terusan karena ketahuan teman teman nya berjualan koran di lampu merah dan di bully di kelas".

mas Indra kemudian menjelaskan banyak dari adik-adik jalanan ini lebih memilih untuk mematuhi jam belajar yang ditetapkan komunitas ini, ketimbang harus menempuh pendidikan formal di sekolah. saya terhenyak, beginilah wajah pendidikan. bagi orang orang seperti saya mungkin pendidikan = sekolah formal, tapi adik-adik jalanan ini memberikan pandangan baru pada saya bahwa pendidikan bisa didapat dari mana saja, termasuk dengan belajar di jalanan.

sekilas saya perhatikan wajah wajah polos penuh kegembiraan dari wajah wajah adik-adik jalanan yang saya temui di markas Save Street Child Surabaya, ya mereka dengan sangat brilian mengajarkan saya arti dari berdamai dengan kehidupan. kadang saya sering sekali mengeluh dan menuntut "seharusnya begini" "kenapa bisa begitu" dll tapi mereka dengan lugunya membukakan mata saya bahwa hidup hanya perlu dijalani....

terima kasih adik-adik... kakak sayang kalian, walaupun kakak masih belum bisa mengajar kalian secara langsung tapi kakak usahakan untuk bisa menyempatkan waktu berbagi keceriaan dengan kalian.



Surabaya, 18 April 2014


Rifa Akhsan

  • Share:

You Might Also Like

6 comments

  1. seorang sahabat saya adalah aktivis SSC Jogja... bulan lalu juga bikin acara diskusi terbuka tentang perda Gepeng. kebeteluan saya sedikit turut. Saat ini markasnya Jogja lagi tahap mencari...tapi kalau mau ketemu biasanya rabu malam di bunderan UGM pada kongkow sambil diskusi di sana....:D
    sambil membawa pakaian pantas pakai untuk anak2 boleh lho...

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah terima kasih ya.. kapan kapan kalau main ke jogja disempatkan kesana :)

      Delete
  2. sepertinya di Medan belum ada yang seperti ini, atau saya sendiri ngga tau kalau itu ada. Agaknya jadi pengen ikut terjun selamatkan anak-anak jalanan. MEmang kadang saya lihat anak yang ngamen di lampu merah, bahkan di suatu malam saya lihat anak perempuan tidur di trotoar, agak nyesek lihat mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. begitulah mas wajah aslikota besar. anak jalanan dan marjinal menjadi bagian dari poros metropolitan :)

      Delete
    2. kalo medan dulu sempet ada, cuman untuk sekarang vakum kayaknya..hehehe, bisa dilihat di https://twitter.com/sschildmedan

      Delete
    3. semangat, ayo dihidupkan lagi save street child nyaaa

      Delete

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)