Serpihan Cerita Diantara Debu Proyek
hari itu entah kenapa saya melangkah ke proyek dengan perasaan melankolis yang super sensitif untuk ngecek cor - coran plat dan melihat persiapan pembesian untuk kolom di lantai 2.
tidak seperti biasa, pak tukang yang biasanya berjumlah tiga puluhan orang menyusut menjadi kurang dari sepuluh orang, ketika saya tanya kepada pak Dul, sang kepala tukang beliau menjawab "ke kampung mbak, kecapekan. kan habis nerima bayaran"
bisa anda bayangkan berapa bobot dari besi tersebut |
saya terdiam, mereka berhak untuk pulang (meskipun pada akhirnya membuat time schedule jadi molor) mereka punya anak yang tidak boleh putus pendidikannya, mereka punya istri yang harus dicukupi nafkah lahir bathin nya, mereka bertanggung jawab untuk dapur yang terus mengepul dan kebutuhan sandang yang menuntut untuk bersikap konsumtif.
mbak mbak proyeknya a.k.a saya lagi ngecek persiapan pemasangan besi kolom |
dengan jalan ini mereka menjemput rezeki yang halal |
mbak mbak proyek a.k.a saya yang dijuluki pak tukang sebagai "srikandi proyek" |
sebagai seorang anak, terlebih anak yang mengetahui persis besarnya pengorbanan seorang ayah untuk keluarganya, saya cuma bisa bilang.....
sampaikan ungkapan betapa sayangnya kamu pada ayahmu atas pengorbanan beliau selama ini, selagi beliau masih hidup dan kamu masih bisa melihat senyumnya.....
ucapkan sesimple saya bilang : "abah, kakak sayang abah"
kalian memang lebih mudah menyampaikan perasaan kepada ibu karena pribadi ibu yang cenderung lebih "hangat". tapi percayalah, ucapan sesederhana "aku sayang ayah" begitu berarti bagi ayah kalian.
Surabaya, 13 Juni 2014
Rifa Akhsan
2 comments
Ayah... Aku sayang padamu. Hiks....
ReplyDelete:)
Deletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)