Investasi, Bentuk Baru dari Menabung

By Riffat Akhsan - November 19, 2014


waktu saya masih duduk di kelas 3 SD, ada pembukaan ekstrakurikuler Drum Band, saya ingin sekali ikut dan mendaftar, sayangnya syarat yang diberikan adalah saya harus memiliki pianika yang waktu itu harganya tembus angka 250.000 rupiah disaat uang jajan saya hanya dua ribu rupiah.



saya bilang pada abah saya kalau saya ingin ikut, abah melarang saya main musik yang belakangan saya tau ketika itu keadaan ekonomi keluarga kami tidak memungkinkan untuk membelikan sebuah pianika untuk saya.

dan ketika beberapa bulan kemudian pianika sudah di tangan saya, pendaftaran drum band sudah tutup.

sewaktu saya SMP di sekolah asrama Jombang, umi menyuruh saya dan Rusma untuk memiliki tabungan. kata beliau agar kami punya motivasi berhemat. yang belakangan saya tau ekonomi keluarga kami sedang tidak baik.

untuk anak yang hanya memiliki uang jajan sepuluh ribu rupiah, tabungan saya waktu itu menembus angka dua ratus lima puluh ribu rupiah. sayangnya setelah itu saya sakit dan opname di rumah sakit, saya menderita maag karena telat makan. saya bercerita pada abah dan umi bahwa saya punya tabungan, namun abah langsung marah dan melarang saya untuk menabung, logika beliau saya menahan makan demi tabungan dua ratus lima puluh ribu tersebut.

saya menjadi tidak terbiasa menabung, saya tidak punya tujuan finansial.

tahun berlalu, saya mulai menginginkan barang barang elektronik yang harganya cukup membuat saya menelan ludah. karena saya mau tapi tidak mampu.

sampai akhirnya memasuki dunia perkuliahan, saya memiliki kematangan emosi yang cukup perihal pengelolaan ekonomi.

saya mulai berpikir, kapan saya bisa matang secara finansial ?

saya mulai berpikir, apa yang bisa dihasilkan oleh mahasiswa fresh graduate ? mimpi memiliki rumah sendiri pun masih jauh sepertinya.

saya bukan tipikal wanita realistis yang mentarget diri sendiri untuk mandiri secara finansial dengan cara mencari pasangan dengan tingkat kemapanan finansial tertentu. menurut saya, wanita tidak serendah itu.

saya mulai menulis apa apa saja yang saya inginkan dalam hidup yang sifatnya riil (mobil, apartemen, rumah, villa, gadget, dll) dan mulai membaginya berdasar skala prioritas menjadi pendek (kurang dari 5 tahun), menengah (5 sampai 15 tahun) dan panjang (diatas 15 tahun).

setelah itu muncul pertanyaan, uang nya darimana ? penghasilan saya bahkan hanya sedikit diatas UMP daerah...

kemudian saya berkenalan dengan investasi, diantaranya adalah Reksadana, deposito, saham, obligasi, sukuk, properti, logam mulia, dan tabungan.

saya mulai membandingkan dengan profil risiko saya, tingkat inflasi, serta return dan risiko dari  masing masing portofolio.

kini saya sadar, menabung tanpa tujuan (menimbun) tidak akan pernah mengantarkan saya pada kemapanan finansial. padahal cita cita saya adalah memiliki penghasilan pasif diatas seluruh keinginan dan kebutuhan.

semua jenis investasi memberikan tingkat resiko yang berbeda beda, namun semua memmiliki resiko inflasi.

jadi, tentukan tujuan investasimu. istiqomah setor minimal 20% dari penghasilan. jangan lupakan sedekah (10% dari penghasilan), dan yang terpenting...

SABAR

karena investasi adalah menahan dana untuk jangka waktu minimal lima tahun, maka dari itu, sabar... sabar...

orang dagang sekalipun tidak ada yang bisa menghasilkan keuntungan satu milyar dalam sehari, kecuali modalnya lebih dari satu milyar. atau hutang, tapi hutang sekalipun seringkali turun bertahap.

jadi, ayo berinvestasi mulai sekarang...




Surabaya, 19 November 2014



Rifa Akhsan

Tulisan ini dibuat dalam rangka mendukung program pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia  "Indonesia Menuju Satu Juta Investor"

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)