Photo by Mimi Thian on Unsplash
ada yang bilang kalau twitter diciptakan untuk mereka yang pengecut dan tidak bisa speak up. karena itu twitter diciptakan untuk membahasakan omelan dan berbagai pendapat yang tidak bisa diteriakkan secara langsung lewat tulisan.
saya termasuk satu dari yang tidak setuju dengan pendapat diatas. bukan kenapa, pada dasarnya pola masyarakat kita hanya berdasarkan siapa yang punya panggung. bukan berarti mereka yang tidak diberi panggung untuk berbicara dan didengarkan iya-iya aja dengan sebuah keputusan. mereka pasti punya pendapat dan tidak semua orang dengan senang hati berbicara panjang lebar meskipun diberi panggung. social media khususnya twitter diciptakan untuk memberi hak yang sama untuk semua orang tanpa terkecuali untuk berpendapat sekaligus mempertanggungjawabkan pendapatnya.
kita bukan lagi hidup di era orde baru yang kalau memiliki pandangan yang berseberangan dengan suatu kelompok tertentu maka akan ada yang menggantikan peran malaikat maut untuk mencabut nyawa. merasa berkuasa seakan akan tuhan.
kita hidup di era dimana semua bebas berpendapat dan bersedia mempertanggungjawabkan pendapatnya. tapi ternyata kita semua belum siap dengan perbedaan. ternyata semboyan bhineka tunggal ika masih sebatas toleransi kalau beda jenis kelamin saja sepertinya.
kembali soal social media bullying. memangnya salah kalau ada yang berseberangan pendapat dengan pendapat anda ? apa urgensi menegakkan dengan menggebu gebu tentang pandangan anda ? dan yang terpenting, apakah orang yang anda serang secara psikologi dengan kata kata yang (seringkali) kasar itu mau menerima begitu saja perkataan anda pada mereka ? jawaban nya BIG NO.
saya rasa manusiawi kita ingin orang lain memiliki pandangan yang sama dengan kita. tapi sudah menjadi resiko ketika ada yang berbeda pendapat dengan kita. karena pada dasarnya tidak ada yang benar benar sama antara satu manusia dengan manusia lain.
ini bukan tentang capres pilihan saya terpilih atau tidak, jujur saja saya adalah seorang golongan yang netral. tidak memilih capres manapun pada pemilu lalu. namun ini tentang perilaku masyarakat yang begitu menabikan sebuah kebijakan atau begitu mengkritik sebuah peristiwa.
contoh saja, ketika saya berbicara tentang kinerja kementerian pekerjaan umum yang saya acungi jempol untuk kerja keras mereka bekerja siang malam demi kelancaran infrastruktur untuk kesejahteraan bangsa ini. eh tiba tiba saya dibully karena dipandang memihak pemerintah yang dipandang oleh si pembully pemerintah tidak ada kerjanya.
begitu juga dengan saya yang mengkritisi niat seorang menteri yang ingin menjual gedung kementeriannya, dimata saya yang bocah sekuritas ini, jangankan sebuah negara. emiten saja yang mencapai target untung besar karena jual aset secara otomatis sahamnya masuk ke kategori tidak bagus. eh terus langsung aja gitu mention masuk menceramahi saya tentang efisiensi bla bla bla.
padahal saya nggak minta dijelaskan kok.
kejadian takutnya saya ngetwit ini menciptakan tawa getir bagi saya, masyarakat kita masih belum dewasa.
jadi, bijaklah dengan sebuah perbedaan. apapun, karena semua orang terlahir cerdas, jangan pernah paksakan pendapatmu hanya karena kamu tidak setuju, dan amit-amit hanya karena ingin terlihat wow atau ingin terlihat pintar.
Surabaya, 17 Desember 2014
Rifa Akhsan
2 comments
benar sekali kak riffatakhsan , budaya masyarakat indonesia sekarang berbeda.
ReplyDeleteiya, masih banyak yang harus dibenahi masyarakat kita
Deletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)