Photo by Natali Quijano on Unsplash
"mohon perhatian, Pesawat Lion Air JT 367 tujuan Surabaya, rencana akan diberangkatkan pada pukul 22.00 terima kasih"
"your attention please, Lion Air with Flight number JT 367 living for Surabaya, will be delayed, and planned to depart at 22.00. thank you"
adalah pengumuman ATC yang bergema di seluruh ruang tunggu keberangkatan untuk para penumpang (termasuk saya dan rusma) yang mulai kesal kenapa harus delay.
"penumpang kami yang terhormat atas keterlambatan penerbangan dikarenakan alasan operasional, kami mohon maaf"
adalah ucapan permohonan maaf dari Flight Attendant setelah sebelumnya kami menerima kotakan berisi snack dan air mineral gelas dari pihak maskapai penerbangan di terminal keberangkatan.
delay selalu menjadi masalah, saya pun selalu kesal dengan penundaan keberangkatan ini. pernah saya terlambat dua jam mata kuliah kalkulus karena pesawat yang saya tumpangi dari Batam mengalami delay karena alasan operasional bandara. sehingga ketika mendarat di Surabaya ditambah perjalanan ke kampus, saya baru tiba di kelas kalkulus lima belas menit sebelum kelas berakhir.
delay juga pernah membuat saya yang harusnya tiba di Surabaya pukul sembilan malam molor menjadi pukul dua belas malam. delay selalu sukses memancing kekesalan saya.
tapi peristiwa hilangnya pesawat Indonesia Air Asia dengan nomor penerbangan QZ8501 SUB - SIN tujuan Singapura yang berangkat dari Surabaya ini membuat saya tercenung. betapa tidak, rute ini sangat familiar bagi saya. ya, tiket pesawat jurusan Surabaya - Singapura seringkali lebih murah dari tiket pesawat jurusan Surabaya - Balikpapan membuat saya dan Rusma lebih memilih ke Singapura dibanding ke Balikpapan."
peristiwa ini membuat saya teringat peristiwa yang nyaris merenggut nyawa saya dan adek Farhan (adik saya yang paling bungsu).
kejadian itu di tahun 2012, saya dan adek menumpang pesawat Citilink SUB - BPP tujuan Balikpapan dari Surabaya pukul 19.00 dan rencana akan mendarat kurang lebih pukul 22.00 waktu Balikpapan. ini dikarenakan waktu di Surabaya lebih cepat satu jam dari waktu di Balikpapan.
penerbangan berjalan seperti biasanya, tidak ada yang spesial. namun ketika pulau kalimantan sudah terlihat, pesawat tiba - tiba terguncang sedikit keras yang mengagetkan saya dan adek. saya lalu melihat ke jendela. mendung tebal.
saya mulai merasa khawatir dengan keselamatan pesawat itu, tak lama kemudian terdengar pengumuman.
"penumpang yang terhormat harap pasang kembali sabuk pengaman anda karena kita terbang dalam cuaca yang kurang baik"
kekhawatiran saya menjadi bertambah ketika pramugari mengumumkan :
"penumpang yang terhormat kami mohon pasang kembali sabuk pengaman anda karena kita terbang dalam cuaca yang buruk"
pengumuman itu terus diumumkan sekitar lima menit sekali. sampai akhirya pramugari berkata "
"penumpang yang terhormat, kapten ingin bicara"
yang kemudian terdengar suara berat yang tenang, suara kapten kita dalam penerbangan itu.
"selamat malam saya kapten (saya lupa ) pilot pesawat boeing 737 800 dalam penerbangan Citilink dengan nomor penerbangan (saya lupa) yang menerbangkan anda ke Balikpapan dari Surabaya. saat ini kita terbang dalam keadaan cuaca yang (beliau terdiam sebentar) buruk. harap kencangkan sabuk pengaman anda dan untuk sementara jangan ada yang ke kamar kecil. terima kasih"
saya dan adek Farhan langsung mengucap semua doa yang kami ingat, semua terasa sesak. dalam hati saya sudah pasrah kalau terjadi apapun pada pesawat yang kami tumpangi. saya pasrah sepasrah pasrahnya kalau memang terjadi kecelakaan.
pesawat terus berguncang dengan saya dan adek Farhan terus mengucap tahlil kalau seandainya malaikat maut menjemput kami setidaknya kami meninggal dalam keadaan mengucap tahlil.
saya tidak tau seberapa lama kami terus mengucap tahlil sampai akhirnya pramugari mengumumkan beberapa saat lagi kita akan mendarat di bandara Internasional Sepinggan di Balikpapan dan pesawat mendarat mulus di bandara Sepinggan sampai akhirnya parkir dengan sempurna pada tempatnya.
saya melihat para penumpang tergesa - gesa segera ingin keluar dari pesawat, saya dan adek memutuskan keluar terakhir. di pintu keluar saya menyapa pramugari dan berkata "mbak, tadi mendung tebal ya ?" yang dijawab dengan "iya mbak, alhamdulillah kita semua selamat" yang saya jawab dengan "terima kasih mbak, untuk semua pilot dan FA yang sudah menyelamatkan penerbangan ini" yang dibalas dengan senyum lebar penuh ketulusan oleh sang pramugari, bukan senyum sedang profesional seperti yang biasa saya lihat.
mengingat kejadian penerbangan horror tersebut, saya berusaha untuk tidak lagi mengutuk delay. karena ketika saya sibuk mengucap tahlil dalam keadaan pesawat terguncang keras saya sempat meminta untuk kembali di keadaan pesawat belum lepas landas. atau kalau bisa pesawat delay saja daripada saya dan adek harus mengalami kejadian seperti itu.
delay memang mengesalkan, namun percayalah ketika anda di keadaan pesawat terguncang keras dengan pemandangan mendung tebal dari balik jendela pesawat. anda pasti meminta delay.
Surabaya 31 Desember 2014
Rifa Akhsan
6 comments
Bener banget, mending delay daripada harus menghadapi cuaca buruk, itu mengerikan :(
ReplyDeletesangat mengerikan :(
Deleteyup, kadang kita sering mengeluh tanpa kita sadari bahwa itu membawa kebaikan tuk diri kita sendiri
ReplyDeleteyup. kadang kekesalan justru membawa kebaikan
Deletekalau ngomongin atc, suka kesel sendiri.
ReplyDeletekemarin saya nonton berita, katanya atc indonesia masih kurang banyak..
seharusnya ada 800 tapi baru ada 220.
penduduk indonesia banyak, tapi yg punya skill khusus masih sangat sedikit
Deletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)