Photo by Corinne Kutz on Unsplash
kenapa ?
saya sendiri tidak sadar apa yang terjadi dengan insting menulis saya, sampai kemarin ( 20 Februari ) saya bertanya pada diri sendiri "kenapa insting menulis kamu redup ? nggak ada ide ? sudah malas menghadapi persaingan traffic ? atau apa ?"
lama saya terdiam, dan akhirnya saya menyadari, bahwa selama ini saya belum menulis dengan rasa. saya selalu menulis hal hal "berat" yang seringkali pembaca saya malas membacanya. tidak salah, karena tidak semua orang minat blogwalking untuk membaca sebuah pemikiran dari orang yang tidak segitunya cerdas seperti saya ini.
saya lalu memperhatikan blog blog idola saya, saya perhatikan apa apa yang mereka tulis. kesimpulan saya, mereka (para blogger idola saya) selalu menulis dengan rasa, mereka menghadirkan rasa yang berbeda dalam setiap tulisannya dan menorehkan rasa kepada para pembacanya. pun setelah kami (para pembaca) menutup halaman blog mereka.
disini saya kembali belajar satu hal, bahwa selama ini saya tidak pernah menghadirkan rasa dalam tulisan saya. saya hanya menghadirkan emosi atau pemikiran . padahal bukan itu harapan para pembaca saya atas tulisan saya.
kembali saya belajar, bahwa menulis adalah tentang aktualisasi diri.
beberapa bulan ini saya sempat melupakan arti menulis bagi diri saya sendiri, dengan tawaran kerjasama berbentuk paid review, ambisi untuk meningkatkan traffic, ambisi untuk memperbaiki pagerank, sejenak membuat saya terlena dan bernafsu untuk menjadi yang terbaik dan menyingkirkan para pesaing.
saya lupa bahwa konten adalah raja, konten berarti isi, isi berarti tulisan, dan tulisan berdasar insting menulis. dan insting menulis setiap orang pasti berbeda beda. itu artinya, saya tidak perlu repot repot memoles personal branding saya. karena pada dasarnya disaat pertama kali postingan blog saya muncul. personal branding saya otomatis sudah terbangun. saya hanya perlu terus meningkatkan kualitas menulis saya, setelah itu. baru berbagai teknik SEO itu secara perlahan saya pelajari dan praktekkan. dengan begitu personal branding saya menjadi semakin kuat. dan salah satu keberhasilan seorang penulis dalam membranding dirinya adalah ketika ia bisa meninggalkan rasa yang kuat dan candu kepada para pembacanya dalam setiap tulisan tulisannya.
intinya adalah saya harus terus belajar.
saya harus belajar menghadirkan rasa, saya harus belajar menulis dengan hati, menulis dengan jujur, dan menulis tanpa membohongi keadaan.
Surabaya, 21 Februari 2015
Rifa Akhsan
14 comments
Ya, kak. Menulis harus dengan rasa. Kalo nggak pake rasa ya nggak ada rasanya dong. Ckckck.
ReplyDeletehehehe iyaa :) terima kasih sudah berkunjung dan meinggalkan komentar :)
DeleteMenulis tanpa rasa itu sama seperti menulis buat Wikipedia..
ReplyDeletehaha iya, wikipedia juga sekarang meragukan kontennya :)
DeleteSetuju mbak.. konten blog adalah brand kita :) itu dulu kali ya baru setelah itu seo, traffic dan sebagainya.
ReplyDeletekonten is a king :))
DeleteSetuju mbak.. konten blog adalah brand kita :) itu dulu kali ya baru setelah itu seo, traffic dan sebagainya.
ReplyDeleteMenulis memang harus menghadirkan rasa dr dalam hati.
ReplyDeleteSemuanya dilalui melalui proses, saya jg masih belajar.
sayapun masih belajar, terkadang terlalu sering menulis juga bisa menghilangkan "rasa" itu
DeleteBener banget... Beda aja nulis tanpa rasa sama melibatkan rasa.
ReplyDeleteTetep semangat, Mbak! ^_^
menulis tanpa rasa itu, kita aja yg nulis malu bacanya
DeleteHalo Faizah! Lagi ngalamin hal yang sama nih setelah berbulan-bulan gak nge-blog. Salam kenal anyway :)
ReplyDeletehalo keke :) salam kenal juga. tetap menulis ya :))
DeleteLuar biasa mantap. Salam kenal kak..
ReplyDeletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)