saya tidak terlahir dari keluarga karyawan perusahaan yang memberikan tunjangan serta jaminan kesehatan untuk para karyawan dan keluarganya. saya ini terlahir dari keluarga biasa yang menganggap membayar polis asuransi itu mahal, ya saya adalah anak pertama dari empat bersaudara. dengan keadaan seperti ini saya cukup paham kenapa orang tua saya berpendapat bahwa polis asuransi itu mahal, ditambah dengan beberapa syarat ketentuan yang diberikan oleh perusahaan asuransi yang kesannya "sebisa mungkin jangan sakit" yang membuat jaminan kesehatan bagi keluarga kami bagai sesuatu yang jauh untuk diraih.
waktu berlalu, abah mendapat amanah menjadi pejabat publik. ada jaminan kesehatan dari lembaga tempat abah diberi amanah, asuransi untuk abah, umi, dan dua anak. saya yang tidak paham paham banget memilih tidak peduli dan tetap menganggap jaminan kesehatan itu jauh dari capaian keluarga kami.
ketika Rusma sakit, ternyata asuransi tempat abah diamanahi jabatan menanggung dengan sistem adcost dimana kami harus "nalangi" dulu kemudian diproses baru uang kami dikembalikan, itupun setelah berbulan bulan lamanya dengan persyaratan yang cenderung dipersulit. beberapa kali Rusma diopname dengan biaya mencapai dua digit uang kami tidak diganti karena ada syarat syarat yang katanya tidak dipenuhi oleh kami.
saya bekerja di perusahaan keluarga, bekerja dengan gaji diatas UMP Kota Bontang namun tidak menanggung jaminan kesehatan bagi karyawannya. tak apalah, anggap saja gaji diatas rata rata itu adalah bentuk spare dana untuk jaminan kesehatan.
kemudian angin segar dalam bentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dari pemerintah di tahun 2014 datang. abah yang sudah sangat exiting mengutus saya untuk mendaftarkan semua yang terdaftar di kartu keluarga kami dengan kelas perawatan kelas I dan langsung membayar iuran wajibnya enam bulan sekaligus di depan.
saya tidak pernah betul betul mengerti apa itu BPJS beserta kontraversinya, BPJS adalah malaikat bagi pasien tapi mudharat bagi dokter lah bla bla bla apapun itu saya tidak mengerti.
kemudian beberapa waktu yang lalu Rusma sakit, panasnya 38 derajat sudah 3 hari tidak turun meskipun sudah minum obat penurun panas secara teratur, badannya sudah lemas. dari gejala yang ditimbulkan kami tahu persis ini gejala thypus, penyakit langganan yang selalu menghampiri kami. dan kami pun tahu persis bila sudah seperti ini pasti langsung disuruh cek darah dan berujung opname. tapi posisi kami mau ujian, bila opname taruhannya adalah mengulang ujian di semester depan. yang berarti kehancuran indeks prestasi kumulatif semester ini.
dengan perbekalan uang seadanya berangkatlah kami ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Surabaya, sampai di pendaftaran kami ditanya, pembayarannya umum apa dengan BPJS. jawaban saya saya pake sistem pembayaran yang tidak mempersulit saya. kalau memang dengan BPJS saya dipersulit saya bayar cash saja.
petugas pendaftaran bilang ke saya : nggak ada yang dipersulit mbak...
saya masih belum memutuskan melakukan pembayaran dengan apa, karena saya pesimis BPJS bisa menanggung Rusma (karena kami belum pernah pakai BPJS) dan setahu saya kalau dengan BPJS harus melampirkan surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas) dulu baru bisa diproses.
kemudian oleh dokter Rusma disarankan untuk infus, kembali dokter IGD menjelaskan kalau bayar pake BPJS sebaiknya minta diprint-kan surat rujukan ke loket pendaftaran. saya yang masih agak bingung lalu mulai berpikir untuk membayar dengan BPJS, saya kemudian minta surat rujukan yang dimaksud ke loket pendaftaran IGD yang langsung meminta kartu BPJS rusma, setelah memasukkan ID BPJS Rusma petugas lalu penyerahkan print print - an surat rujukan dari faskes tingkat I yang diminta oleh dokter. saya yang masih takjub lalu bertanya dan dijelaskan oleh petugas di loket "iya mbak kalau kasus darurat surat rujukan faskes tingkat I nya bisa diprint kan disini"
tak lama kemudian saya diminta oleh dokter untuk menebus resep di apotek IGD
di apotek pun petugas hanya meminta fotocopy karti BPJS Rusma untuk kemudian diambilkan obat.
setelah diinfus, saya disuruh untuk mengatarkan darah Rusma untuk ditest di laboratorium, kalau hasilnya bagus begitu infusnya habis Rusma boleh pulang.
sepintas tidak ada diskriminasi pelayanan di IGD ini selain Rusma yang seringkali diabaikan oleh petugas medis karena triagle darurat nya yang ada di wana kuning, sementara hampir seluruh pasien di ruang gawat darurat itu adalah pasien denga triangle berwarna merah. saya kurang begitu tahu tentang kesehatan, namun dengan pengalaman beberapa kali membawa Rusma ke IGD saya tahu triangle dari yang tidak darurat sampai yang gawat darurat. hijau kuning merah biru.
setelah infus Rusma habis dan Rusma dinyatakan tidak perlu opname saya kembali diutus utuk menebus resep. lagi lagi di apotek saya hanya diminta fotocopy kartu BPJS Rusma.
setelah tiga hari, badan Rusma yang lemas berangsur angsur pulih, panasnya sudah turun namun masih belum normal, karena kondisi yang tidak darurat itu Rusma lalu memutuskan ke puskesmas kenjeran (faskes tingkat I kami) untuk menceritakan keadaannya.
Rusma ke puskesmas jam 2 siang, kondisi puskesmas kosong, tidak ada antrian pasien dan Rusma dilayani dengan sangat baik sekali oleh petugas medis yang ada disana. berbeda dengan di IGD RS Haji, di Puskesmas kenjeran ini petugas hanya memasukkan nomor E-ID BPJS Rusma ke database tanpa meminta fotocopy kartu BPJS Rusma.
praktis ini pertama kali bagi Rusma menerima pelayanan kesehatan bak malaikat dengan biaya nol rupiah karena ditanggung BPJS.
BPJS mungkin masih belum sempurna, tidak sempurna bagi kalangan ekstrem. BPJS mungkin jahat bai kalangan medis. namun bagi anak rantau yang selalu sakit kepala memikirkan biaya pengobatan ketika sakit, BPJS ini sangat membantu.
BPJS memang harus banyak berbenah, tapi itu tidak mengurangi terima kasih saya atas pelayanan jaminan kesehatan yang luar biasa ini.
satu hal yang saya ingat dari ibu saya : meskipun sakitmu gratis karena ditanggung BPJS kak, sakit itu tetep nggak enak
jaga kesehatan ya :)
Surabaya, 23 Juni 2015
Rifa Akhsan
2 comments
Setiap tulisanmu membiaskan pendar haru dalam satu atau dua kalimat singkat. siiip.
ReplyDeleteahh terima kasih umi :)
Deletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)