Kerinduan Itu Bernama Kalimantan

By Riffat Akhsan - July 07, 2015


Minggu dini hari, saya terbangun ketika jarum jam berada pada angka dua, setelah sebelumnya baru bisa memejam tengah malam. praktis hanya dua jam saya memejam, kegelisahan karena tingginya suhu tubuh ditambah mata yang masih mengantuk memaksa saya untuk mandi kemudian packing dengan kesadaran yang masih separo. tapi dalam hati saya sudah ikhlas kalau kalau banyak baju saya yang ketinggalan.

saya meninggalkan Surabaya pada penerbangan pertama, bahkan matahari belum  menampakkan wujudnya ketika saya mengudara. dari ketinggian sekian ribu kaki dari permukaan laut, Surabaya terlihat kecil dan bersinar keemasan ditimpa matahari fajar, ada hangat tersendiri mengingat apa yang Surabaya telah berikan pada saya.



saya terbangun setelah dibangunkan dengan halus oleh pramugari dan diberitahu bahwa pesawat akan segera mendarat di Balikpapan. dari jendela terlihat biru laut kalimantan dengan kapal kapal pengangkut batubara yang berseliweran.

pesawat milik maskapai penerbangan berplat merah yang saya tumpangi mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Aji Muhammad Sulaiman, bandara internasional dengan atap baja mata dewa dan garbarata nya hasil rancangan rekanan saya yang ganteng, Fega. dan pembesian kolom dan plat nya adalah tanggung jawab tenaga ahli nya kebetulan dosen saya membuat bandara ini terasa dekat unsur konstruksinya dengan saya.

ayah saya yang merangkap presiden direktur kantor saya terlihat menunggu saya tidak jauh dari pintu keluar, beliau lalu menghampiri saya dan saya langsung mencium tangan beliau. ah betapa saya merindukan superioritas dalam balutan kasih sayang beliau.

dalam perjalanan ke Bontang, kami memilih untuk pulang lewat Muara Badak. sebuah kecamatan kaya minyak yang kontur tanahnya datar karena berada di pinggir laut, abah lalu meminta supir kami untuk mampir di pantai pinggir jalan di tengah perjalanan kami. saya baru sadar betapa saya merindukan pantai dengan laut biru berpasir tepung.



tidak jauh dari pantai, saya melihat sekawanan kambing yang asyik merumput. kalimantan masih sanggup memberi makan tanggungannya meskipun batubara, minyak, dan gas alamnya terus dikeruk tanpa ampun demi memenuhi lumbung devisa nasional juga memenuhi gaya hidup para pembesarnya di ibukota sana.

perjalanan kami berlanjut, mentari mulai memberikan persembahan terbaiknya berupa twilight, mobil kami melalui daerah persawahan, kalimantan masih subur untuk bertani disaat gencarnya para pengembang dengan konsep modern menciptakan kota baru di bumi etam ini.


adzan maghrib berkumandang seiring dengan tenggelamnya sang mentari. kalimantan menitipkan salam hangatnya pada saya kepada kamu, para pembaca blog ini.


hari itu, kalimantan menyambut kedatangan saya seraya memeluk saya dengan segenap cinta, meski ia tahu cinta saya tertinggal di Surabaya :) 



Kubikel Kantor PT Borneo Sentra Teknik Consultant,
Bontang,  7 Juli 2015





Rifa Akhsan




                                                          

  • Share:

You Might Also Like

3 comments

  1. Halooo, Kak Riffat! Obati kerinduan Kalimantan dengan ikutan Lomba Blog "Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure".

    Tiga blogger terbaik akan diajak menjelajah Kalimantan dan berkesempatan mendapatkan grand prize, Macbook Pro.
    Info selengkapnya: http://log.viva.co.id/terios7wonders2015

    Jangan sampai ketinggalan ya, Kak Riffat!

    ReplyDelete
  2. Kerinduan yg sama yg tengah sy rasakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin, semoga rindu ibu segera menemui muaranya

      Delete

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)