Riffat The Explorer |
mungkin bisa dikatakan takdir, tidak pernah terbayang oleh saya bisa menjejakkan kaki di kota paling selatan negeri dengan huruf mirip honocoroko ini. Thailand terlebih Hat Yai tidak pernah masuk ke dalam wish list maupun keinginan iseng saya. sebagai seseorang yang memiliki pengalaman traveling "biasa aja" saya tidak begitu memahami apa yang mau saya lakukan di kota ini. terserah kaki melangkah sajalah.
Hat Yai adalah kota kumuh yang membuat saya cumpet bahkan setelah baru saja keluar dari gerbang imigrasinya. di imigrasi, petugas perempuan berjilbab dengan tubuh gempal berhadapan saya di loket demi cap masuk negara ini. si petugas bertanya saya mau kemana yang saya jawab "just Hat Yai" dan si petugas imigrasi dengan bahasa Thailand mengobrol dengan rekan laki lakinya, sorang bapak bapak paruh baya sembari menstempel visa pada paspor saya. saya nggak tau apa yang mereka bicarakan dan memilih tidak peduli. yang saya kaget ketika saya ngecek paspor ternyata saya dikasih izin tinggal di Thailand selama dua bulan. YAKALI SAYA MAU CARI KERJA.
dari segi masyarakat, kota yang masih mayoritas muslim ini menurut saya biasa saja. tidak kasar namun tidak juga ramah, tapi satu hal yang saya sebal adalah ketika belanja sesuatu di toko milik masyarakat lokal, karena mereka yang tidak bisa bahasa Inggris sementara saya yang cuma bisa ngomong inggris (ya masa saya ngomong bahasa Indonesia).
jadi ceritanya saya lagi mau beli tas, di sebuah toko penuh tas yang gabung sama rumah satu keluarga besar. saya menjelaskan pelan pelan tentang tas yang saya mau dengan bahasa Inggris, si penjual saling bersahut sahutan mencoba memahami penjelasan saya. sayangnya tidak satupun dari keluarga itu yang memahami pesanan saya sehingga si penjual tidak bisa memberikan pilihan tas sesuai penjelasan saya. saya yang bingung lalu pamitan untuk keluar toko. keluarga penjual ini saling salah salahan satu sama lain, dan kemudian endingnya mereka memaki maki saya.
sesungguhnya bahasa memang penentu kelas yang sebenarnya
wisata yang saya datangi selain chinatown dimana hotel saya berada hanya sleeping budha saja. satu hal yang dimiliki Thailand adalah ornamen pada atapnya yang khas, itu saja yang membuat saya exiting dengan konstruksi negara ini. di Hat Yai saya tidak melihat gedung tinggi maupun infrastruktur yang mengusik cinta saya pada ilmu konstruksi, oh selain tata kelola lalu lintas yang harus diperbaiki karena banyaknya sepeda motor yang melawan arus dan angkutan umum sejenis bajaj diperbesar yang suka ngetem sembarangan.
2 comments
itu kok bisa ada gajah di jalanan? ada yang punya atau gimana? kasian banget euy~ mereka kan habitatnya di hutan :|
ReplyDeleteya semacam hiburan jalanan gitu
Deletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)