sejak tahun 2006, saya selalu melewatkan Hari raya Idul Adha di Jawa Timur, karena hari raya Idul Adha yang hanya memberikan libur paling banyak tiga hari membuat saya merasakan nuansa Idul Adha ala masyarakat Jawa Timur.
Idul Adha atau yang biasa dikenal sebagai hari raya haji di Surabaya memberikan ciri khas tersendiri bagi masyarakat Surabaya Timur : daerah sekitar asrama haji pasti macet karena satu jamaah haji bisa membawa pengantar/penjemput satu bus besar. dan itu adalah pemandangan yang sangat biasa dari awal sampai musim haji berakhir. sebuah representasi kemuliaan tamu Allah.
Idul Adha pertama saya di Surabaya saya lewatkan dengan photo shoot dengan pemandangan malam hari penuh lampu Suramadu. waktu itu pula, di malam takbiran untuk pertama kali saya dan Rusma berboncengan naik sepeda motor menyeberangi jembatan terpanjang di Indonesia itu. waktu itu tiket naik Suramadu masih sebesar tiga ribu rupiah baik gerbang tol Surabaya maupun gerbang tol Madura. belum gratis seperti sekarang. selengkapnya pernah saya tulis di sini
malam takbiran kali ini saya masih harus kuliah, saya harus jalan kaki sendiri dari kampung deles ke kampus karena sepeda motor dibawa Rusma. dan saya masih harus mengerjakan desain bangunan baja di rumah salah satu rekan saya di Deles. di trotoar MERR berjejer para penjual sapi dan kambing qurban. waktu saya lewat ada kambing yang diikat keempat kakinya trus digendong, iya digendong naik motor sama dua orang berboncengan. si kambing "teriak teriak" aja dong.
saya yang punya imajinasi si kambing bakal ngelepasin ikatan dan lari nyeruduk kita kita otomatis horror waktu lewat sekawanan kambing yang diikat di bambu panjang. takut si kambing tiba tiba lepas trus nyeruduk saya.
sungguh imajinasi yang mengagumkan.
mungkin ketakutan saya kentara sekali ya dari wajah saya sehingga salah satu pembeli sapi yang melihat saya bilang "lewat aja mbak, nggak papa. cantik cantik kok takut kambing"
dalam hati saya menjerit ETDAH PAK KALO TAKUT KAMBING YA TAKUT AJA, NGGAK ADA HUBUNGANNYA SAMA CANTIK APA ENGGAK.
kuliah berjalan dengan cepat karena para dosen dan mahasiswa
sebelum pulang, saya dan Rusma menyempatkan diri berkumpul di kantin kampus. di sana, temen temen pada kumpul dan ngomongin soal mau diapakan jatah daging dari kantor yang mereka dapat sementara rumah mereka juga sudah dapat jatah daging banyak.
lalu Fairus sang Hero dengan brilian bilang "kita bakar bakar aja di Rumah Kembar"
saya juga spontan bilang "AYO"
maksud mereka juga sekalian makan bersama merayakan ulang tahun saya yang masih hangat hangatnya itu.
pulang kuliah pemandangan malam takbiran selalu sama, meriah, heboh, gema takbir bersahut sahutan di setiap masjid dan mushala, takbir keliling. dan pawai adik adik TPA yang membawa obor.
berbeda dengan Idul Adha tahun kemarin, keluarga saya semua kumpul di Surabaya. sayangnya pihak masjid perumahan saya benar benar menyalurkan daging kurban untuk mereka yang verified kurang mampu sehingga tidak seperti di perumahan saya di Bontang atau sebagian besar kampung di Surabaya yang menyisihkan sebagian kecil daging kurban untuk dimasak bersama.
abah saya sudah wanti wanti "kak kalau emang nggak dapat daging, kamu makan steak ya biar ikut merasakan nikmatnya makan daging" sebagai antisipasi kalau kalau kejadian nggak dapat jatah daging icip icip seperti tahun kemarin terjadi lagi.
tapi tahun ini teman teman yang bingung dengan jatah daging dari kantornya adalah pahlawan saya, karena mereka jalan tuhan saya bisa benar benar merasakan nikmatnya hari raya Idul Adha.
acara bakar bakar direncanakan sore di rumah saya, tapi tiba tiba Bowo. ketua panitia menghubungi saya dan menyampaikan kalau ibunya takut dagingnya kurang, sehingga acara bakar bakar pindah ke rumah Bowo dengan alasan kalau dagingnya kurang bisa langsung ambil di rumahnya.
dan rencana tuhan memang paling baik, di rumah Bowo sudah disiapkan bumbu jadi oleh ibu dan kakaknya sehingga kita nggak pake bingung urusan "ini bumbunya seberapa"
karena rencana awal di rumah saya, jadilah urusan sirup dan lain lain saya yang bawa.
sebelum berangkat Bowo menghubungi saya lagi, saya sama Rusma disuruh beli nanas biar dagingnya nggak keras. maghrib maghrib Idul Adha cari nanas itu sama sekali nggak mudah ya ampun...
sampai di rumah Bowo, daging daging dikumpulkan (terima kasih ya Allah) teman teman dapat jatah daging sapi semua). sebelumnya saya dan Silvi harus mengupas nanas untuk kebutuhan daging, disana saya paham bahwa..
cari nanas emang susah, tapi lebih susah lagi ngupasnya .....saya, Angga, Bowo, plus Rici mulai memisahkan antara daging dan tulang. saya nggak tau ini cuma kebetulan atau apa, sebagian besar teman teman saya dapat daging bagian tulang rusuk....
dari awal Angga sudah wanti wanti "jangan semangat semangat fa, hati hati kesayat pisau"
dan benar saja, jari saya tersayat pisau (sedikit) waktu memisahkan pangkal tulang rusuk.
tersayat itu perih kakak....
sementara saya Angga Bowo Rici memisahkan tulang rusuk dengan pasangannya, yang lain menyiapkan minum dan arang pembakaran.
setelah semua tulang dan daging terpisah, Saya lalu memotong daging tersebut kecil kecil untuk kemudian oleh Angga, Rusma, Rici, dan Oyeh ditusuk menjadi sate.
awal awal saya pake pisau, tapi trus saya ingat kalau di rumah Bontang saya selalu membersihkan perut ikan dan ingsangnya dengan gunting karena lebih mudah dibanding memakai pisau, kemudian saya coba praktekan untuk memotong daging, dan BERHASIL. memotong daging untuk sate dengan gunting lebih mudah dan cepat sodara sodara..
sesungguhnya penemu gunting layak masuk surga....
setidaknya terkumpul 100 tusuk sate yang sangat cukup untuk lima belas orang...
setiap Idul Adha ada segelintir orang yang menjadi penjual sate amatir. saya salah satunya. di tengah tengah menyelesaikan tusukan sate, saya ngobrol ngobrol sama temen temen :
Angga : ternyata penjual sate itu telaten banget ya, kita yang berlima ini aja capek apalagi penjual sate yang sampe ratusan tusuk itu...
ya, saya nggak sanggup kalau harus berjualan sate, mulai dari membeli daging, mencuci, memotong kecil kecil, menyusun menjadi tusukan sate, membuat bumbu, sampai membakar. asli saya nggak sanggup.
kemudian saya mencoba untuk membantu Bima, Nanda, Fairus dan Imron yang bertugas membakar. ya dibandingkan mereka toh tenaga saya ngipasin sate nggak ada apa apanya. karena pembakaran milik kami adalah pembakaran kapasitas rumah tangga. maka proses pembakaran memakan waktu sedikit lama. dengan sabar kami harus mengipasi sate sate tersebut sampai matang.
terima kasih ya Allah keluarga saya dikasih nikmat berupa bisa beli happycall yang nggak usah capek capek ngipasi sate...
sebenarnya ibunya bowo dari awal udah bilang mendingan satenya dibakar pake happycall aja, soalnya happycall cepet dimasak diatas kompor dan matangnya merata. tapi karena kami kami ini generasi jarang masak, sehingga dengan sopan kami menolak tawaran ibunya Bowo
setelah semua sate dibakar, kami lalu makan bareng..
ah terima kasih ya Allah sudah memberikan "hadiah" indah untuk ulang tahun saya dan Idul Adha tahun ini..
terima kasih teman teman sudah memberikan memori indah tentang Idul Adha di Surabaya...
love you guys :*
selamat hari raya Idul Adha 1436 H
Faizah Riffat Ma'rifah Akhsan
Surabaya, 25 September 2015
Riffat Akhsan
0 comments
pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)