Selamat Ulang Tahun, Umi


kemarin tepat 23 november 2015 ibu saya yang saya panggil umi mengulang hari lahir untuk ke 44 kalinya dan beliau meminta kado berupa tulisan dari saya dengan rasa lain seorang anak untuk ibunya.

nama saya adalah Faizah Riffat Ma'rifah Akhsan. nama Faizah dan Akhsan merupakan pemberian dari abah saya atas masukan kakek saya, abah saya yang bernama Fauzan Akhsan memiliki putri bernama Faizah Akhsan. saya adalah abah saya dalam raga perempuan, begitu maksud doa kakek saya. doa itu sepertinya terkabul karena saya memegang peranan di salah satu perusahaan konstruksi abah dan banyak bisik bisik karyawan yang bilang "Bu Riffat ini sih pak Fauzan dalam bentuk cewek.."

nama Riffat diberi oleh umi saya yang terinspirasi dari seorang peneliti luar biasa yang juga merupakan pejuang feminisme Mesir, Riffat Hasan. sementara ma'rifah adalah nama pemberian nenek dari pihak umi saya. harapan beliau nama ma'rifah yang berarti orang yang memiliki kebijaksanaan atas ilmu yang ia miliki sehingga ia berada pada posisi ma'rifah pada tuhannya.

Riffat Akhsan adalah nama karier saya, baik di dunia konstruksi maupun di dunia media online rekanan tau saya sebagai "mbak Riffat Akhsan". sepertinya doa ibu saya dikabulkan tuhan karena saya menjabat sebagai seorang pimpinan puncak sebuah perusahaan media yang pada hakikatnya adalah memperjuangkan "value added" berupa harga yang pantas untuk sebuah produk yang dihasilkan oleh para perempuan umur 18 - 50 tahun dengan teknologi berbasis internet dan metode periklanan digital.

umi saya bukan orang sempurna. beliau sering marah marah nggak jelas di masa kecil saya, yang sekarang saya tau mungkin waktu itu beliau lagi PMS. sebuah siklus bulanan yang merubah seorang perempuan lemah lembut menjadi seorang goliath.

meskipun umi saya suka marah marah, satu hal yang saya ingat adalah beliau tidak pernah menghakimi apa yang saya lakukan. baik ketika dulu saya main dengan anjing kantor, saya main ke aspalt mixing plant kantor dengan dalih mau ikut bantuin abah menghitung batu sampai ketika saya berada pada usia dewasa dan memutuskan menjalin hubungan beda agama. beliau tidak pernah menghakimi.

umi saya adalah seorang pebisnis yang ahli dalam diversifikasi asset, saya mendapat banyak sekali ilmu tentang investasi modal memperhatikan umi saya. beliau salah satu  orang yang pasang badan sebagai komisaris ketika ada seseorang lancang yang menuding saya sebagai kacung rendahan di salah satu perusahaan keluarga kami.

umi saya juga seorang eksklusif shopper yang memiliki wow factor. apapun yang beliau kenakan selalu terlihat mahal dan berkelas. sesuatu yang memang mahal ketika beliau yang mengenakan menjadi terlihat nggak pasaran.

umi saya juga masih sering marah marah, apalagi menyangkut pekerjaan rumah tangga yang bukan passion saya banget. kemarahan umi saya biasanya diawali dengan serentetan perintah rumah tangga dan keadaan semakin chaos ketika saya lamban mengerjakan (keseringan karena balas whatsapp).

ego saya ngamuk dibegitukan oleh umi saya, saya dikata katain lamban, saya dikata katain nggak becus, nggak bersih, dll

tapi ketika nurani saya berkata "ya kamu nggak papa benci dan ngamuk sama umimu, asal kamu siap nanti pas melahirkan merasakan sakitnya pembuluh darah yang salah potong sehingga kasur busa putih berubah warnanya karena penuh dengan darah seperti yang umi kamu alami ketika melahirkan kamu. silahkan faaat, monggooo sok sama umi kamu"

umi saya memang menyebalkan, apalagi dengan zaman yang sudah berubah yang membuat abah umi saya semangat pake smartphone dan menggunakan aplikasi aplikasi berbasis data dengan tanya tanya terus ke saya dan kalau ada apa apa saya yang harus menyelesaikan membuat saya sadar berbakti kepada orang tua tidak semudah membantu ibu memasak di dapur dan membantu ayah menanam padi.

tapi kemudian saya menarik benang jauh kebelakang, dan saya tersadar apapun kata kata umi saya baik yang menyebalkan maupun yang tidak menjadi doa kebaikan di hidup saya sekarang.

kalau saja dulu umi saya tidak berkata dengan nyinyir "umi nggak mau biayain nikahan kamu. kamu yang harus bayar semuanya dan abah umi terima beres nggak keluar uang sama sekali, dan oh iya bayarin juga kita keliling dunia" mungkin saat ini saya tidak menjadi salah satu puncak pimpinan perusahaan media online yang cukup diperhitungkan di negeri ini. ya mungkin saja omongan nyinyir beliau jaman dulu itu adalah doa supaya saya sukses di usia muda, tapi beliau memiliki keterbatasan dalam menyampaikan...

kalau saja dulu umi saya tidak istiqomah membentak saya dengan "JANGAN KEGANJENAN SAMA COWOK" mungkin saya akan menjadi cewek lembek yang gampang sekali terpikat dengan cowok tampan nan mapan. mungkin saja dulu maksud beliau adalah "nak, umi mau kamu jadi cewek yang punya wibawa dan harga diri di mata laki laki...". tapi sekali lagi mungkin waktu itu beliau punya keterbatasan untuk menyampaikan.

orangtua juga manusia, tapi mereka adalah manusia yang tidak luput dari salah. hargai hal hal yang menyakitkan yang dilakukan orangtua untukmu sebagai salah satu bagian proses orangtua belajar dalam mendidik. tidak ada orangtua yang dengan sengaja ingin menyakiti anaknya, dan alangkah teganya jika hal hal tersebut kita jadikan kartu untuk menyakiti orangtua.

saya seringkali melihat adu mulut antara orangtua dan anak yang berakhir dengan kekalahan orangtua karena anaknya lebih canggih sehingga yang bisa orangtuanya lakukan hanyalah diam sambil mengelus dada.

anak dan orangtua adalah dua pihak yang harus terus belajar, orangtua belajar untuk menghargai anak dengan cara menurunkan ego dan sang anak belajar menghormati orangtua dengan maklum atas apa apa yang membuat sakit hati.

di seluruh dunia manapun ibu itu ditakdirkan untuk cerewet, karena melalui kecerewetan itu lah doa doa untuk masa depanmu gampang terucap dan diaminkan malaikat.

selamat ulang tahun yang ke 44 umi. apapun yang keluar dari mulut dan hati engkau adalah doa baik bagi Riffat. Riffat lebih memilih tahan kuping tahan hati tahan mulut untuk tetap bertahan dengan semua sikap umi daripada Riffat harus menanggung resiko menjadi anak  durhaka dan tidak mendapat keberkahan hidup.





Surabaya, 24 November 2015




Riffat Akhsan



You Might Also Like

2 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)