Alun Alun Malang : Ketemu Pipit, Diceramahi Pengampunan Dosa, dan Live Action Poligami

By Riffat Akhsan - April 20, 2016


rata rata kota kota di Indonesia (khususnya jawa) memiliki lahan yang difokuskan sebagai ruang terbuka hijau. New York punya central park, Malang punya alun alun.

"aku mau cuci muka di alun alun, disana ada keran air nggak ?"

tanya saya yang dijawab oleh mas Naufal

"ada, air mancur"

alun alun menjadi titik awal dan akhir perjalanan edian kami siang siang jam 12 jalan kaki menyusuri kota tua Malang mulai dari Bank Indonesia, balai kota terus memutar lewat pasar bunga dan pasar hewan dan berakhir di Alun Alun Malang.

Alun Alun Malang menjadi meeting point saya sama pipit ( @friedadm ).

setelah celingak celinguk di halte depan kantor pajak akhirnya pipit menghampiri kami dengan menggenggam McFlurry.

"tadi aku numpang pipis di mekdi kak, ini nih sekalian beli ini"

ucap pipit tak berdosa sambil membuang kemasan McFlurry nya.

kami lalu menyeberang ke alun alun melewati jembatan penyeberangan,di tengah tengah jembatan ada beberapa remaja usia tanggung mendikte temannya sambil berpose cukup aneh dan bergantian siapa-yang-foto-siapa-yang-pose.

ternyata spesies alay benar adanya.

rencana saya mau foto di depan tulisan Alun - Alun Malang, apa daya mbak mbak yang foto dengan pose ala ala model dengan berbagai gaya nggak mau minggir minggir, padahal udah saya tungguin lama.

mau foto dari sisi samping, eh ada mas mas yang nginjek rumput dengan santai dan foto dengan pose heboh.

alun alun Malang sudah mempercantik diri, jelas mas Naufal yang memang kuliah di Malang. mas Naufal menjelaskan bahwa alun alun Malang sempat mengalami renovasi cukup lama sebelum tampil cantik dan rimbun seperti ketika saya berkunjung ke sana.

sudah banyak fasilitas umum mulai dari tempat duduk, spot foto, hingga pos keamanan yang tersebar di sudut sudut alun alun.

kami lalu duduk melingkar di kursi besi yang terpancang satu set dengan mejanya. langsung lah si Pipit curhat tentang cem ceman nya dan segala kegalauan hatinya, didengarkan oleh saya, Rusma dan Mas Naufal.

di tengah tengah Pipit cerita, seorang bapak bapak paro baya dengan pakaian rapi dan klimis serta membawa alkitab menduduki kursi kosong (satu meja kursinya empat btw).

"boleh minta waktunya sebentar ?"

tanya beliau dengan logat yang saya harus betul betul fokus mendengarkan untuk tau beliau ngomong apa.

kami diam.

"oke, disini ada yang tau tentang pengampunan dosa ?"

"apah ?"

tanya saya, nggak ngerti dese ngomong apa. bukan sinyal saya tertarik dengan apa yang mau beliau sampaikan.

"oke baik, saya jelaskan ya tentang pengampunan dosa"

oh, crap. si bapak salah paham.

saya, Rusma, Pipit, dan mas Naufal saling pandang dengan tatapan ini-orang-ngapain-sih

"jadi di dunia ini tidak ada manusia tanpa dosa, semua orang tidak lepas dari dosa tetapi ada satu orang yang tidak memiliki dosa karena sudah mendapat pengampunan dosa"

krik krik krik

"xxx adalah satu satunya manusia di dunia ini yang tanpa dosa, jadi sebelum terlambat segeralah bertaubat dengan menyembah xxxx karena barang siapa yang mengikuti xxxx akan mendapat pengampunan  dosa sebagaimana xxxx yang zzzzz karena penebusan dosa"

kami masih terdiam, shock.

"baik terima kasih atas waktunya, selamat siang"

kemudian beliau pergi.

saya, Rusma, dan mas Naufal bengong. speechless.

"itu bapak kesini karena liat jilbab yang dipake kak Rifa sama kak Rusma ya"

kata Pipit bingung.

"aku nggak keliatan udah pernah mondok enam tahun ya ?"

tanya mas Naufal.

"ternyata, semua agama punya golongan garis keras ya, yang prinsip dakwahnya nabrak aturan dengan tujuan sampaikan kebenaran walau satu ayat dan ajaklah mereka yang tersesat untuk kembali pada jalan kebenaran"

ucap saya takjub.

belum usai kekagetan kami, muncul dua perempuan dengan cadar menutupi wajah sehingga hanya kelihatan mata, serta pakaian serba hitam dan rok yang menyapu tanah berjalan bertiga dengan seorang laki laki bercelana cingkrang.

mereka berjalan bertiga, saling bercanda dan tertawa bersama.

"kak, itu pasti suaminya"

seru Pipit.

"iya kak, karena nggak mungkin cewek kayak gitu jalan sama cowok sembarangan. pasti suaminya"

Pipit melanjutkan

"mas, itu mereka poligami ?"

tanya saya lagi lagi takjub

"biasa gitu itu di Malang, yaitu surga versi mereka. kalo kita sih surga yang lain aja"

"trus adilnya punya istri dua gitu gimana coba ?"

tanya saya sedikit emosi.

"sudahlah, mereka punya pemahaman sendiri soal yang kayak gitu. mereka mikir cara paling mudah mendapatkan surga adalah dengan poligami"

mas Naufal berusaha menjelaskan sebijak mungkin.

"seumur umur aku di Surabaya, nggak pernah lho kejadian kayak gini. diceramahin penebusan dosa atau lihat live action poligami"

saya memperhatikan interaksi pasangan three some alias poligami tersebut, jalan jalan bertiga. istri tua dan muda. tertawa bersama, bercanda, saling tersenyum satu sama lain, jalan jalan tanpa merasa risih dengan keadaan sekitar seolah itu adalah hal normal.

saya jadi penasaran, apakah benar mereka bahagia ? atau hanya kemunafikan batin akibat kebodohan memahami konsep poligami dalam islam ?  

ah sudahlah.

diceramahi penebusan dosa dan ajakan untuk memeluk agama tertentu, dan live action poligami beserta atribut budaya ke arab arab an ala ala mereka yang menceramahi saya di emperan masjid kampus tentang tauhid berbekal training 2 - 3 minggu membuat saya teringat ucapan paman guru :

"beragama itu ya pake logika juga, sehingga bisa membedakan mana agama mana budaya. sehingga memahami kitab tidak secara mentah"

kedewasaan beragama, dan kecerdasan spiritual, adalah pelajaran tuhan yang mampu dipahami otak cetek saya atas acara jalan jalan ke alun alun Malang ini.

di agama manapun, selalu ada orang orang yang nafsu berdakwah dan beramalnya tinggi namun tidak diimbangi dengan ilmu sehingga seringkali menjadi bahan tertawaan, kebingungan, atau perenungan bagi orang lain.

"inilah Malang, wujud nyata toleransi beragama. dimana Masjid Agung dan gereja damai berdampingan"

ucap mas Naufal memecah dialog saya dengan diri sendiri.

"hehe iya mas, dimana ceramah penebusan dosa dan live action poligami tersaji dengan timing sempurna"





Surabaya, 20 April 2016




Riffat Akhsan

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)