surabaya masih gelap, kumandang adzan mengiringi keberangkatan saya dari Surabaya menuju malang.
"mari mbak"
sapa security perumahan saya dengan wajah ngantuk, maklum sudah semalaman beliau begadang menjaga keamanan perumahan saya dan sebentar lagi shiftnya selesai.
dingin, sepi, namun tidak mencekam adalah keadaan yang menemani saya selama perjalanan.
saya ke malang untuk bahagia, untuk bersyukur, dan untuk belajar bagaimana tuhan sudah begitu baik pada saya.
bahagia rasanya bisa keluar dari hal hal yang menyesakkan, kalau kata paman guru. jangan biarkan gelembung masalah mengurungmu, tapi upayakan untuk masalah bisa berada di bawah kendalimu.
dan disinilah saya, sebuah kabupaten yang berada di daerah pegunungan.
pagi saya langsung blusukan ke kampung kampung, ngapain ? cari sawah ! karena saya suka filosofi sawah. sawah selalu bisa menyesuaikan diri dengan musim, selalu bisa berdamai dengan keadaan, baik keadaan tanah, air, pupuk, bibit maupun petani. sawah dengan padinya selalu mengingatkan diatas langit memang masih ada langit, tapi kita menjejak bumi. bukan di langit.
karena sawah, selalu menyadarkan bahwa kita bukan siapa siapa.
kawasan perkampungan dan persawahan Singosari rekomendasi dari @bubukmilo bukanlah daerah wisata, apalagi desa wisata. ketika saya googling "sawah di malang" tidak ada satupun review tentang hamparan persawahan hijau bagai karpet yang bisa dinikmati rombongan jenuh perkotaan seperti saya.
asli nya malang sangat terlihat di desa tumapel ini, rumah rumah sederhana berhalaman luas, masyarakat yang sudah sibuk dengan lumpur dan peluh sambil membungkuk menata padi padi siap tanam.
"lhoo kok difoto mbak, nek difoto ngunu aku kelambian sing apik"
(lho kok difoto mbak, kalau difoto seperti itu saya memakai baju yang bagus" sapa mereka. saya hanya tersenyum, saya hanya mengambil foto landscape harmonisasi terasering berlatarkan hutan dan langit biru pak....
perjalanan menyusuri sekalian mencari spot foto bagus berlanjut, kali ini di jalan sepi dengan kali dan sawah di samping kanan.
"sampean lapo mbak..." seru mas mas dengan mengendarai sepeda motor melewati saya dan Rusma.
kami memang anak kota yang kampungan, seneng nggak ketulungan foto foto di sawah yang menjadi pemandangan sehari hari masyarakat desa tumapel.
hidup memang penuh harmoni, sawah dan desa memang menenangkan dan menyenangkan. tapi kalau kelamaan, saya nggak bakal jadi apa apa. mungkin mereka yang bahagia hidup dengan prinsi "gini aja udah enak dan cukup kok" bisa. tapi saya yang ambisius tidak bisa terlalu dinyamankan dengan sesuatu yang menenangkan dan menyenangkan.
desa dan kota, mereka harus seimbang, tidak ada yang lebih baik dari yang lain.
desa tanpa kota, hidup tanpa motivasi dan ambisi. kota tanpa desa, hidup tanpa rendah hati dan rasa syukur.
tujuan saya ke malang ada 3 : ketemu rombongan twitter #Memetwit, Sawah, dan Malang Kota Lama.
yak kelar sama sawah saya dan Rusma pindah spot ke ijen boulevard
berbeda dengan Surabaya Lama yang kota tua nya bergaya arsitektur indische, Malang Kota Lama kota tuanya berga arsitektur neo gothic sehingga menurut saya mereka lebih eksotis.
kelar dari ijen boulevard, disinilah saya. numpang charge iphone + power bank, numpang wifi plus pinjam laptop buat nulis postingan ini di kontrakan Naufal, kawan SMA saya :)))
terima kasih Naufal untuk listrik, dan wifi di kontrakan kamu, dan obrolan kita. terima kasih lia untuk pinjaman laptopnya sehingga saya bisa menulis dan bahagia.
terima kasih tuhan, untuk kebahagiaan saya sampai detik ini.
Malang, 16 April 2016
Faizah Akhsan
3 comments
'Cuma' ke sawah kog bisa bikin tulisan kontemplatif begini, yak... apik sekali. Dua jempol, mbak! Mau empat jempol, yg duanya dipake ngetik.
ReplyDeletewah terima kasih banyak sudah mau berkunjung :))
DeleteMalang memang adem hehe.. bagus tulisannya mbak :)
ReplyDeletepembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)