Konvoi Arema, Tour De Angkot, dan Extend di Malang

By Riffat Akhsan - April 21, 2016


hari kedua di Malang, saya bangun dengan pemandangan gunung yang meskipun diselimuti kabut tipis tapi tetap terlihat sempurna dari jendela lantai 8 kamar tempat saya menginap.



saya selalu suka berada di tempat tinggi, karena semakin banyak yang terlihat, semakin bijak kita memaknainya.


mereka yang berada di "tempat rendah" sering nyinyir dan benci atas keputusan mereka yang berada di "tempat tinggi". mereka lupa bahwa mereka tidak melihat apa yang "orang tempat tinggi" lihat.

bias kelas, bias perspektif, bertindak spekulatif, judgemental, mendewakan asumsi. ah tidak perlulah saya membahas terlalu jauh ciri pokok "tempat tinggi" maupun "tempat rendah".


sebelumnya saya sudah dikabari kak Ai kalau kunjungan saya  di Malang bersamaan dengan konvoi arema 16 - 17 April dalam rangka pengarakan piala Bhayangkara.



sebelumnya sudah pernah kejadian, tindakan anarkis perusakan kendaraan dan tindakan anarkisme lain yang dilakukan oleh suporter arema terhadap kendaraan plat L (Surabaya) sehingga saya sengaja menggunakan kendaraan plat W (Gresik, Sidoarjo) sebagai antisipasi.

kelar sarapan, dan ketemu lalas dan fikri saya baru menyadari bahwa jalan raya depan tempat saya menginap sudah  penuh dengan massa suporter arema :(


nggak lama mas Naufal japri "fat, jangan keluar deh. ini temenku plat W kendaraan nya diserang"

nah loh. bingung kan saya, beberapa tamu di tempat saya menginap juga terlihat pesan taksi lokal dan carter mobil dengan plat N.

saya, Rusma, Fikri, Lalas dan kak Ai sibuk berdiskusi. gimana caranya dengan keadaan sepadat itu sementara waktu sudah menunjukkan pukul 12, Fikri harus mengejar kereta jam 5 sore tapi barangnya dia masih di Landung Sari (daerah univ muhammadiyah Malang) sementara kendaraan saya plat W nggak bisa keluar dari penginapan saya di S. Parman.

menggunakan taksi atau mobil lokal sepertinya bukan jawaban, karena posisi penginapan saya di pusat, stasiun kereta di selatan, dan Landung Sari di utara. pasti macet dimana mana.



karakter konvoi Arema ini berbeda seperti konvoi Bonek (suporter persebaya). kalau Bonek mau konvoi kami tau mereka pasti berkumpul dulu di stadion tambak sari kemudian konvoi yang biasanya finish di gelora pancasila. namun ini Malang bung, suporter Arema berangkat menjadi kelompok kelompok dari seluruh penjuru Malang Raya dan Kabupaten Malang, kumpul di stasion Kanjuruhan kemudian konvoi keliling kota.

apalagi stasiun kereta menjadi salah satu titik kumpul mereka.

kalau Bonek konvoi, kami sudah ancang ancang mencari jalur alternatif yang nggak dilewati mereka dan mencari waktu yang sekiranya aman tidak bertemu mereka di persimpangan atau di jalan.

lah ini ? kami merasa dikepung di kandang lawan. !



akhirnya kak Ai memutuskan kita bareng bareng ke Landung Sari naik angkot, dengan catatan di Landung Sari Fikri kelar ambil barang diantar Alpa naik motor, Rusma dijemput Mas Naufal, Kak Ai dan Lalas dijemput temen kak A ke Suhat, dan Saya dijemput Eldew buat ambil kendaraan di penginapan.

sebelum ke Landung Sari saya menyempatkan diri ke basement parkir penginapan, sedih rasanya melihat kendaran Plat L dan Plat W terparkir rapi di basement. bukan karena parkiran penuh, tapi karena saya tau pemiliki kendaraan keluar dengan taksi atau carter mobil plat lokal.

tour de angkot dimulai ~

kami naik angkot dengan kode ADL (Arjosari - Dinoyo - Landung Sari)

rute angkot ADL ini udah persislah kayak city tour dimana kita melewati balaikota sampai berakhir di Landung Sari yang merupakan perbatasan Kota Malang dengan Kota Batu.

ya sebenarnya kami naik angkot mengandalkan kehandalan supirnya yang mampu mencari jalan tikus menghindari kemacetan, meskipun itu hampir nggak mungkin karena massa Arema dimana mana tapi ya sudahlah pasti ada jalan :))

      
lautan manusia dengan atribut biru biru dan boneka singa ditambah speaker menggelegar dan perkusi menjadi pemandangan kami selama perjalanan. ncen singo edian :))).

sampe Landung Sari, Fikri langsung ambil barang trus pamit balik ke Semarang.

Lalas sama Kak Ai siap siap ke rumah kak Ai dijemput temen kak Ai.

Rusma dijemput Mas Naufal pake plat S. aman.

saya dijemput Eldew, DAN SAYA LUPA KALAU MOTOR ELDEW PLAT L.

begitu ketemu kami Eldew langsung heboh, dese panik gitu karena sepanjang jalan dese diintimidasi karena plat L.

tuhan, apalah arti sebuah plat.

"fat, kamu ada asuransi jiwa nggak ?"

tanya Eldew setengah bercanda, karena saya dan dia bakal boncengan buat ambil kendaraan saya di S. Parman melewati lautan singo edan.

kak Ai, Lalas, Rusma, dan Mas Naufal juga ikut khawatir saya sama Eldew yang "setor nyawa" dengan plat L. tapi di sisi lain mereka penasaran juga sama sensasi "setor nyawa" ini.

perjalanan penuh resiko dimulai ~

WO WO WO PLAT L WOOOOO

tiap ketemu rombongan yang dengan bendera segede gaban yang nggak ikut konvoi tapi memilih di pinggir jalan "melepas" rombongan konvoi, kami diteriaki dengan tabuhan perkusi.

Allah ~

tiap ketemu rombongan konvoi, kami minggir dulu. membiarkan mereka lewat sambil tahan tahan kuping.

WOOOOO PLAT L REK PLAT L....

WO WO WO PLAT L WOOOOO

seru mereka sambil mengacung acungkan sesuatu seakan hendak melempari kami.


PLAT L MINGGIR PLAT L MINGGIR.....

seru salah satu dari peserta konvoi dengan galak, dan disoraki oleh yang lain.

WOOO PLAT L WOOOO

kami terintimidasi, bukan. kami takut, apakah kami selamat ?

MAS MAS PLAT L MAJU MAS MAJU ! CEPET MAJU !  

ujar salah satu rombongan lain yang merasa kami halangi perjalanan bersama rombongannya.

duh, salah sepertinya kami ada di jalanan Malang.


akhirnya sampai juga di S Parman. drama dibikin takut kelar, lanjut drama plat L dan plat W berjalanan beriringan menantang maut.

Alhamdulillah dari S. Parman ke Veteran kontrakan mas Naufal kami banyak melewati jalan kecil, sehingga meskipun tetap harus melewati jalan protokol tapi intimidasi yang kami rasakan tidak separah Landung Sari - S. Parman.

hari sudah malam, tapi kak Ai menyarankan jangan dulu balik ke Surabaya karena masih ada kemungkinan rombongan Arema di kabupaten yang sangat berpotensi bertindak anarkis.

akhirnya kami memutuskan untuk extend di Malang, Rusma tidur sama kak Lia di kontrakan mas Naufal dan saya bareng Lalas tidur di rumah kak Ai.


konvoi Arema memberi pelajaran pada saya tentang kuatnya solidaritas karena persamaan. mereka dengan sukarela selalu mendukung klub sepakbola kesayangannya, transportasi urunan, kalau ada yang bawa mobil bisa nunut. sound sistem pinjem sama anggota yang punya. semua serba atas nama solidaritas dan kebersaman.

karena bersama (berkelompok) mereka merasa kuat, mereka merasa besar, mereka merasa punya power.


plat L dan plat W, iya kami memang tamu. tapi apakah tuan rumah yang baik adalah mereka yang menakut nakuti tamunya dengan anarkisme ?

kami ke Malang bukan buat petantang petenteng nantang, kami ke Malang ingin rehat dari segala sesuatu yang menyesakkan. kami ingin bertemu dengan mereka yang menyayangi kami. kami ingin refresh.

tapi kenyataan nya takut dan trauma yang kami dapat.

kami ke Malang dengan biaya sendiri, yang mana kami bayarkan untuk beli makan (kesejahteraan mak warung meningkat), kami menginap di penginapan legal (yang pajaknya digunakan untuk membangun jalan, bisa jadi menjadi bagian dari rute konvoi), kami membeli tiket masuk tempat wisata (meningkatkan pendapatan asli daerah), dan kami menuliskan perjalanan serta berfoto (mempromosikan dengan gratis).

konvoi, nyanyi nyanyi, membunyikan alat perkusi yang menimbulkan dentuman keras boleh. tapi anarkis jangan.

besok besok saya pikir pikir lagi deh mau ke Malang kalau pas ada konvoi Arema lagi, saya liburan mau bahagia, bukan mau dibuat sedih.





Surabaya, 21 April 2016



Riffat Akhsan

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)