Suatu Hari di Duduk Sampeyan

By Riffat Akhsan - May 01, 2016


"yang, besok ke rumah ya. disuruh ibu kesini, ada pengajian abah habis isya. tapi kamu habis ashar aja kesininya, ntar kalo kesorean nggak bisa parkir"

adalah pesan singkat dari pasangan saya (untuk selanjutnya kita sebut yayang) yang masuk di tengah rapat konten yang melelahkan.

yes lumayan, ada alasan keluar kota.

saya selalu suka ke rumah yayang, karena energi dan suasananya yang mengingatkan saya dengan kampung halaman abah saya nun jauh di hulu sungai kalimantan sana.

masih dalam area hinterland Surabaya, daerah rumah yayang yang masuk kabupaten Gresik ini begitu, apa ya....

"permai".

mungkin hanya perlu tiga puluh menit dari pusat Surabaya ke rumah yayang, tapi sensasi ketenangan yang saya dapatkan melebihi jauh jauh ke Malang hanya untuk sepetak sawah terasering.

tapi Gresik panas sih :((

deretan sawah membentang sampai kaki langit, tambak seluas danau, jalan aspal selebar dua meter, rawa dan rumah rumah berhalaman luas menjadi pemandangan yang tersaji begitu alami memanjakan mata jiwa saya.

bau amis tambak dan lalu lalang kendaraan yang jarang menyempurnakan suasana magis pedesaan yang selalu membawa ketenangan jiwa dan pikiran saya.

Duduk Sampeyan merupakan sebuah desa di aliran sungai Brantas. tak heran sistem irigasi baik pertanian padi maupun pertanian ikan di tambak disini terkelola dengan baik.

kalau kata yayang sih prinsip pengairan sawah dan tambak itu sama, beda di treatment aja.

Duduk Sampeyan masih begitu kental dengan kearifan lokalnya, masih mudah saya temui para ibu ibu dengan topi lebar membungkuk bermandikan peluh dan lumpur menanam padi.

suatu pemandangan yang sudah sangat jarang saya lihat, bahkan ketika saya ke Malang untuk mencari sawah.

sawah dan desa selalu membawa ilmu baru bagi saya, perempuan anomali pecinta konstruksi dan teknologi.

seperti hari itu, jadi saya diminta ibunya yayang (untuk selanjutnya kita sebut ibu) untuk menginap di sana saja karena beliau khawatir saya kenapa napa di jalan malam malam balik ke Surabaya.

ibu punya pembantu lima orang, tiga perempuan dan dua laki laki. tiga perempuan ini bertugas untuk masak (bumbu ibu yang racik), cuci piring, menyapu, dan bersih bersih rumah (kecuali bersihin kamar ibu, mbak, dan kamar yayang). sementara dua orang laki laki bertugas untuk mengurus yang berhubungan dengan tugas tugas laki laki seperti cuci mobil, dll.

pagi sekali ketika fajar muncul lima orang pembantu ibu sudah datang, iya ibu nggak punya pembantu nginep. mereka adalah orang orang yang masih terhitung tetangga, dengan jam kerja sekitar 8 - 12 jam di rumah, mereka juga nggak tiap hari datang sih. mostly pekerjaan mereka adalah petani sawah dan petani tambak.

karena di rumah yayang, yang terpenting adalah kehadiran meskipun kita nggak ngapa ngapain. semua pekerjaan rumah tangga mah udah ada semua yang kerjain.

pagi itu saya duduk duduk di belakang rumah yayang sambil twitteran, kemudian salah satu dari pembantu ibu bertanya dengan agak takut takut

"mbak, hp nya mbak layar sentuh ya"

tanya dia dengan pandangan kagum sekaligus ingin tau...

"iya"

jawab saya dengan datar dan sedikit heran.

"wah, bagus ya mbak..."

pandangan pembantu ibu saya rasa terlalu kagum, sampai sampai saya bertanya sendiri apakah ia tidak pernah melihat iphone sebelumnya ?

"mbak, rumah sampean kalimantan ya ?"

tanyanya lagi, masih dengan pandangan kagum.

"iya..."

"dari sini berapa lama ?"

"satu sampe satu setengah jam.."

(rumah yayang ke airport 30 - 45 menit naik tol fyi)

"wahhhhh, mbak naik pesawat ya? ohhhhh"

tanyanya lagi, dengan histeris.

saya tersenyum, kemudian tercenung.

yayang memang pernah bilang, kalau dia adalah salah satu warga Duduk Sampeyan yang beruntung. alm abah adalah pengusaha besar yang memungkinkan untuk yayang mengenyam pendidikan elit di Surabaya dan Jawa Timur beserta seluruh gaya hidup yang mengiringinya.

tapi kembali ke Duduk Sampeyan, yang hanya beberapa kilo dari gerbang Tol Bunder. faktanya yayang adalah anomali. masih banyak warga Duduk Sampeyan yang tidak melek teknologi, banyak tetangga tetangga dan teman teman yayang yang bingung pake smartphone dan nggak ngerti teknologi padahal umur mereka masih muda.

sebuah pemahaman baru tentang pentingnya menjadi mapan dan memiliki wawasan.

juga kearifan ilmu dan kehidupan.

di Duduk Sampeyan, hidup cenderung selaw. nggak pusing seperti kelas menengah perkotaan yang gajinya habis untuk tagihan dan cicilan demi memenuhi standar hidup ala perkotaan, gila jabatan, pamer ke sosial media atas previllage menikmati fasilitas eksklusif karena acara kantor, dan overpede mengemukakan pendapat.

kadang saya suka senyum sendiri dengan cara tuhan bercanda, bagaimana bisa tuhan memberikan seorang manusia cerdas dengan insting bisnis luar biasa serta pemikiran menembus ruang dan waktu yang mengajarkan kearifan berpikir dalam kehidupan sehari harinya di pedesaan kepada saya yang nggak jelas ini.

hari hari di Duduk Sampeyan mengajarkan saya, bahwa tuhan membeberkan fakta mau jadi apa kita, tuhan bisa wujudkan.

oh iya, desa dan kota sejatinya adalah sama. desa penuh manusia gaptek, kota penuh manusia maruk.

dan semoga saya dan kamu kamu yang membaca ini bisa mengambil ilmu mau jadi manusia seperti apa kita.



Surabaya, 1 Mei 2016




Riffat Akhsan

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)