Surga Salah Kaprah Mbak Arini

By Riffat Akhsan - February 21, 2017

Image result for surga yang tak dirindukan 2
sumber gambar : bintang(dot)com

begitu dikabarin kalau film ini dikomen cabe banget (jelek) sama salah satu reseacher di bidang gender saya langsung buru buru cari waktu untuk nonton film ini. yah selain untuk mengukur sejelek apa, saya juga penasaran segagal apa mbak Asma Nadia mendeliver peran istri solehah pasti masuk surga dalam diri mbak Arini.

karena ini blog saya, saya boleh dong ya bilang kalau film Surga Yang Tak Dirindukan 2 ini mendingan ganti judul jadi Surga Patriarkis yang Mau Nggak Mau Harus Dirindukan -- untuk kemudian kita singkat menjadi surga patriarkis.

sinopsis cerita
cerita ini berkisah tentang Arini yang diundang oleh komunitas muslim eropa ke Hungaria untuk menjalani tour karena ketenaran buku dongeng "istana bintang" yang menjadi hits bagi anak anak di sana dan banyak permintaan untuk bertemu dengan penulisnya. yang dengan sangat kebetulan bertepatan dengan rencana meeting Prasetya dengan Mr.George di Hungaria tentang proyek mbuh apaan yang detail engineering desainnya dikerjakan oleh perusahaan Pras (DED adalah kesimpulan yang saya ambil sendiri karena sepanjang film prasetya hanya ribut soal RAB yang sejatinya itu bisa banget dikerjakan oleh anak SMK, oh setelah engineer estimate kelar tentunya).

kebetulan banget kan ? enggak. ini bukti dari seorang penulis yang nggak belajar, memaksakan "takdir" untuk setiap cerita.

suratan takdir semakin berpihak kepada Arini ketika ternyata Meirose juga hidup di Hungaria, memiliki properti berupa rumah dan toko peninggalan sang Ayah yang meninggal satu tahun sebelumnya.

singkat cerita Arini tiba tiba pingsan di jalan dan kemudian ketahuan kalau dia menderita kanker stadium 4. dokter Syarief yang menangani Arini adalah "pacar" Meirose dalam upayanya melanjutkan hidup dan membangun romansa.

kebetulan banget ? yah begitulah.

singkat cerita Arini tau kalau umurnya tidak akan lama lagi dan berupaya memaksa Meirose untuk kembali ke Prasetya karena status Meirose memang masih istri sah dari Pras (ingat sinopsis surga yang tak dirindukan 1)

kebimbangan hati Meirose juga yang menjadi dasar ia menggantungkan lamaran Syarief (seorang mualaf yang menurut Meirose harus lebih lagi dalam belajar agama karena sejatinya dia lah yang harus menjadi  imam bagi Meirose). kalau saya lihat sih sebenarnya Meirose sudah move on dari Prasetya dengan kehidupan barunya di Hungaria (juga dengan kehadiran dokter Syarief) hanya saja ia masih bimbang untuk menggugat cerai. ustad dan ustadzah yang dimintai pendapat oleh Meirose juga tetap kekeuh untuk Meirose jangan bercerai padahal Meirose sudah menegaskan bahwa pernikahannya berdiri di atas penderitaan orang lain.

endingnya tentu saja bisa ditebak, setelah Arini meninggal Meirose dan Pras menggelar resepsi pernikahan di resort mewah. tentu dengan ikhlas hati seorang dokter Syarief.

ALLLAHU AKBAR MBAK ARINI, BAHKAN SETELAH BERKALANG TANAH PUN KAMU MASIH BISA BERLAKU EGOIS ATAS HIDUP ORANG LAIN. SAMPEAN ANCEN DAEBAK MBAK 

egoisnya mbak Arini dalam pandangan tasawuf
dalam pandangan tasawuf saya (yang cetek ini) saya bertanya kenapa bisa seorang Arini yang dalam film itu digambarkan luar biasa sholehah dengan pembawaan lembut, berbakti pada suami, penyayang, menutup aurat, memiliki pekerjaan yang nggak akan pernah menyenggol ego laki laki sampai hari kiamat, dan sangat feminim. bisa bisa nya tidak mampu meyakini bahwa tuhan yang mengatur segala urusan sampai sampai sebelum mati dengan sangat egois menghancurkan hidup Meirose yang sudah pasti tidak mudah untuk dia jalani pasca tragedi SYTD 1 hanya karena ingin mencarikan istri untuk suami dan ibu untuk Nadia.

tidakkah mbak Arini percaya bahwa urusan hidup mas Pras dan Nadia merupakan tanggungjawab tuhan bukan tanggungjawab mbak Arini ?

tidakkah lebih baik mbak Arini menyiapkan dzikir dan mental ketika bertemu malaikat nungkar dan nangkir dan memastikan semuanya membimbing syahadat mbak Arini ketika sakaratul maut dan mendoakan agar seluruh keluarga ikhlas dengan kepergian mbak Arini bertemu dengan sang maha kasih ? ketimbang terus memaksa keadaan dan meyakinkan semua orang bahwa tindakan mbak Arini benar.

mbak Arini, hidup mas Pras, Nadia, Meirose, bahkan dokter Syarief itu sudah diatur Allah. bukan diatur sampean sebagaimana yang sampean bilang ke dokter Syarief ketika menolak pengobatan dengan dalih "umur sudah diatur Allah".

masa seorang perempuan se solehah mbak Arini nggak tau bahwa ikhtiar menjalani pengobatan dan ikhlas selama sakit juga dihitung tuhan sebagai salah satu pahala dan rahmat ? saya aja yang nggak gitu solehah dalam pandangan duniawi aja ngerti kok, padahal mah saya jauh kalau dibandingkan sama mbak Arini. kalau ngomong keras sama tukang saya, suka ngotot sama site manager, selalu pake celana jeans kalau kemana mana, dan menjalani kehidupan sebagai mbak mbak proyek yang membuat para ukhti ukhti berjilbab lebar dan gamis menyapu jalan raya hanya bisa berkata "astaghfirullah ukhti, mana gamismu ? tidakkah kamu tau kalau laknat bagi perempuan yang mengaku islam pergi tanpa mahram ? mengerjakan pekerjaan laki laki, berpakaian seperti orang kafir. kafir kamu ukhti !!"

gitu lho mbak. 

mbak Arini mungkin berpikir kalau semua yang mbak Arini lakukan adalah bukti bakti mbak Arini pada suami demi mendapatkan surga. tapi mbak Arini kayaknya perlu ngaji kitab nashaihul ibad deh untuk benar benar paham bahwa surga tidak menyakitkan itu untuk diraih. tuhan itu mau semua hambanya bahagia, berpikir bahwa hidup dan mati adalah kenikmatan. korban perasaan, korban hati, bahkan korban suami bukan cara meraih surga yang diridhoi tuhan mbak.

bukankah diatas segalanya mbak Arini hanya mengharap ridho Tuhan ?

mbak, daripada mbak sibuk mengatur dunia setelah kematian mbak saya sarankan mbak untuk belajar membersihkan hati dari perasaan perasaan yang mungkin ditimbulkan setan adalah dengan yakin dan percaya bahwa tuhan berkuasa atas segala sesuatu. termasuk untuk berkuasa mengatur hidup orang orang yang mbak tinggalkan. 

egoisnya mbak Arini dalam pandangan sufistik pernikahan 
sebagai mbak mbak kering romansa seperti saya, jujur film surga patriarkis ini lebih seperti film komedi bagi saya ketimbang film drama. di mata saya Arini dan Pras adalah dua orang dari negeri dongeng yang hidup dalam dongengnya sendiri. banyak adegan dan dialog romantis yang sejatinya menguras air mata tak dinyana malah mengundang tawa terbahak bahak saya dan beberapa rekanan lain. oh betapa hidup seperti mereka hanya ada dalam dongeng. apa mungkin karena film surga patriarkis merupakan dongeng laris yang difilmkan ?

menurut saya yang belum menikah, penikahan adalah kerjasama antara dua orang. pun keputusan cerai adalah keputusan sadar yang diambil oleh dua orang yang sebelumnya sama sama dengan sadar mengucap janji setia sehidup semati. meskipun dalam prosesnya talak adalah proses paling akhir yang diambil dua orang yang sepakat untuk berpisah, dengan bantuan hakim pengadilan agama.

pernikahan adalah tentang membahagiakan satu sama lain, bukan membenarkan tindakan atau pendapat salah satu dengan dalih untuk kebahagiaan mereka berdua.

yang saya lihat, mas Pras dan Mbak Meirose itu sudah sama sama pengen cerai lho mbak. Meirose sudah punya dokter Syarief dan mas Pras yang juga berpikir bahwa lebih baik ia melepas mbak Mei untuk kebahagiaannya.

tapi apa yang mbak Arini lakukan ? atas dasar untuk kebahagiaan mas Pras sampean juga ikutan membuat mbak Meirose yang sudah bimbang jadi tambah bimbang.

kalau mbak memang mau berbakti buat mas Pras, sebagai istri yang baik mbok ya membiarkan dan percaya apapun keputusan yang mas Pras ambil atas pernikahannya dengan mbak Meirose. bukannya atur atur semau dewe bahkan bikin wasiat untuk Meirose jadi ibunya Nadia dengan alasan kebahagiaan mas Pras untuk membenarkan tindakan egois.

lha sampean itu siapa dalam pernikahan Mas Pras dan Mbak Meirose ?

mbak Meirose lho ndak pernah ikut campur dalam pernikahan sampean sama mas Pras, di SYTD 1 mbak Mei yo lapang dada ae jadi istri kedua. didatangin mas Pras ayo, nggak yo dia berusaha lapang tau diri.

lha sampean ae sing umek dewe.

sampean juga tau sendiri kan kalau pernikahan mas Pras sama mbak Meirose itu bukan karena emang mas Pras yang slengki tapi pure karena kejadian tak terduga ?

saran saya sih sebagai istri yang bijak, kurang kurangi lah ngatur ngatur suami sampe ke masalah kehidupan setelah kematian sampean. lebih baik ikhlas dan lepaskan mas Pras untuk mengambil keputusan tentang pernikahannya dengan mbak Meirose, juga ibu untuk Nadia setelah kematian mbak Arini. jangan lupa terus doakan supaya suami sampean selalu dibimbing oleh tuhan dan dimudahkan dalam setiap urusannya.

bagi saya, romansa kering it's ok. tapi esensi pernikahan juga harus dilogikakan agar mudah untuk dijalani oleh kedua belah pihak. agama mengatur bukan untuk mempersulit, agama mengatur agar segala sesuatunya mudah. dengan catatan si pemeluk agama cukup ilmu untuk memahami ajaran agama itu sendiri.

dalam pernikahan memang ada hak dan kewajiban suami atas istri, yang tujuannya adalah menciptakan hubungan yang menyamankan, menyenangkan dan membahagiakan bagi satu sama lain. satu yang saya highlight bahwa sejatinya suami adalah pengganti ayah bagi sang istri dimana pada akhirnya keputusan, izin, dan tanggungjawab menjadi perhitungan dalam urusannya dengan tuhan.

dalam hal ini saya melihat bahwa keputusan keputusan yang diambil oleh mas Pras didasari paksaan dari sang istri. 

apakah istri yang begitu akan mendapat ridho suaminya ?

pasti dapat karena hati mas Pras seluas samudera dan mereka hidup dalam negeri dongeng.

akhir kata, saya cuma mau bilang untuk para Arini Arini di luar sana : selami lebih dalam perasaan suamimu. jangan sampai suami kamu nggak ridho karena kedangkalan pemahamaan kamu atas esensi teguh sebuah pernikahan.

dan untuk mbak mbak belum nikah (seperti saya) di luar sana : semoga kita segera dapat suami dari dunia nyata, bukan negeri dongeng. amin.





Samarinda, 21 Februari 2017



Riffat Akhsan

  • Share:

You Might Also Like

1 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)