Dilan 1991, Ketika Cinta Menghadap Realita

By Riffat Akhsan - October 20, 2018

gambar diambil via blog Dwi Maharani

tulisan ini dibuat sebagai bentuk dukungan atas dimulainya produksi film Dilan 1991 #7JutaPenontonUntukDilan1991

hidup begitu misterius, kita tidak akan pernah benar - benar mengerti mengapa kenyataannya harus berakhir seperti itu. aku harus bisa menerimanya sebagai sebuah kenyataan dan yang kemudian bisa kulakukan adalah mengambil pelajaran dari banyak hal yang sudah aku alami itu, untuk mulai melanjutkan kehidupan menuju yang lebih baik, bahkan meskipun tidak harus saling memiliki, tetapi kita masih bisa saling mendukung.

adalah paragraf yang membuat saya tercenung, di tengah histeria setelah menonton film dilan 1990


entah kenapa di akhir film Dilan 1990 saya menahan air mata mendengar soundtrack yang berjudul "dulu kita masih SMA".  lagunya kayak yang kangen banget pengen balik ke jaman SMA tapi apa daya kenyataan nggak sejalan.


sebuah kisah yang bittersweet.


Dilan ada untuk Lia sebelum Lia bertanya adakah laki - laki yang bisa membuat Lia riang di bumi. Dilan tahu rasa sakit sebelum Lia merasakannya, Dilan memahami Lia. Dilan memahami Lia lebih baik dari Lia sendiri.

waktu Lia takut, Dilan adalah pelindungku. ketika Lia merasa sendirian, Dilan adalah kenyamananku, Dilan menjaga Lia. Dilan menjaga Lia dari bahaya tanpa Lia menyadarinya.

di hatiku ada dia, dengan perasaan hangat yang kumiliki. di kepalaku adalah dia, dengan semua sensasiku dan alam imajinasiku yang melayang.

gambar diambil via Line today


saya yakin semua orang pasti punya "Dilan" nya masing masing. seseorang yang begitu caper, kemudian kalian grown up relationship. dan akhirnya berpisah karena ya sesimpel nggak takdir. mereka yang terkunci di sudut hati. layaknya gudang kecil di belakang rumah yang menjadi pemanis keseluruhan rumah, bukan untuk membayangi kamar utama.






Karena Memang Ada Mereka yang Hanya Bisa Hidup Dalam Kenangan




selamat tinggal, Bandung. selamat tinggal, Dilan. selamat tinggal, Bunda, Disa, Piyan. selamat tinggal, Wati. 



terima kasih !


kemudian adalah air mata.

 gambar diambil via Line today



Samarinda, 20 Oktober 2018




Riffat Akhsan, yang belajar arti kedewasaan lewat novel Dilan 1991

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)