Melihat Masa Depan

By Riffat Akhsan - May 18, 2020

Photo by Natalya Letunova on Unsplash


saudara saya, Fatimah bercerita kalau ia melihat dirinya di masa depan memiliki kemampuan untuk melihat, menggambar, dan menduplikasi bangunan yang menarik hatinya. saat ini ia bertekad untuk menikah, kuliah magister arsitektur di Bali, dan bekerja di Firma Arsitektur yang memberi dia penghasilan melebihi gaya hidupnya. di luar nafkah finansial dari suaminya. tentu saja.


Photo by Julian Hochgesang on Unsplash


bagi saya, masa depan itu serupa jalan tanah di tengah hutan saat pagi hari. bermandi matahari, memiliki rumput segar di bahu jalannya, ada aroma  petrichor karena embun, (petrichor menggambarkan harum tanah basah terkena air), misterius, tapi penuh cahaya optimisme, meskipun risiko dan tantangan hadir menyertainya.

sesuatu yang memiliki konsekuensi. jika saya ingin sesuatu, maka saya harus menggadai sesuatu. 

let me begin the story....

semenjak sekolah dasar, saya mengorbankan diri saya dengan menjadi ambisius perkara keuangan perusahaan. kala itu SD kelas lima, anak sekecil itu belajar bahwa performa perusahaan memiliki dampak sistemik pada keluarga pemilik. jangankan bangkrut, kekurangan cashflow juga bisa merubah hidup seorang bocah SD dengan memberi trauma bingung mengapa saat tahun ajaran baru hanya ia yang tidak bisa membeli buku dan sepatu baru di sekolah elit kota kecil.

kenyataan itu menggadai mimpinya. ia berjuang untuk mengabdi ke perusahaan. semenjak sekolah dasar hidupnya ia dedikasikan untuk belajar. karena dalam benaknya, kalau ia belajar keras maka performa perusahaan akan membaik di tangannya sebagai pewaris. maka kejadian SD kelas lima nya tidak akan terulang lagi.

SMP, di saat teman - temannya belajar mencintai diam diam. ia belajar tentang memenangkan kompetisi. ia menyusun mimpi untuk kuliah di luar negeri. di benak bocah ABG kelas tujuh itu, dengan menjadi lulusan luar negeri maka ia akan memenangkan kompetisi. tidak ada lagi cerita kelas lima nya. perusahaan akan berkembang dengan antisipasi lulusan luar negeri. karena ia melakukan inovasi dalam aspek pengembangan sumber daya manusia.

SMA, teman - temannya mulai merasakan jatuh cinta. belajar patah hati. juga lapang dada bahwa cinta tidak harus memiliki. ia masih sibuk belajar karena SMA nya menganut kurikulum internasional dari negeri Ratu Elizabeth. si remaja merasa mimpinya semakin dekat.

kuliah, ia mulai sadar bahwa lagi - lagi karena cashflow ia gagal ke luar negeri. Letter of Acceptance dari negeri kanguru kini tinggal kenangan. ia sudah berada di gerbang, namun tidak bisa berangkat. karena perkara yang sama seperti trauma kelas lima.

tidak mungkin mencari beasiswa untuk kuliah sarjana. sakit thypus berbulan bulan menjadi alasan kenapa si bocah menunda kuliah satu tahun.

2013, si bocah berkuliah di jurusan pilihan orangtuanya. teknik sipil. jurusan yang menjadi tiket untuk mengantarkan ia ke tampuk pimpinan perusahaan. menjadi direktur utama. jurusan yang ia yakini merupakan mimpinya. jurusan yang menjadi keharusan di keluarganya.

di kampus Arif Rahman Hakim dekat asrama haji itu, si bocah menemukan kebahagiaan. ia bersyukur dengan kegagalan di luar negeri. di sana ia mengenal arti pertemanan dan persahabatan. perkuliahan dan tanggungjawab.

juga cinta pertama.

sayang, mereka tidak bisa bersama karena perbedaan kasta. anggaplah begitu.

si bocah juga belajar arti merelakan takdir tuhan. bertemu dengan ia yang diyakini akan bersama tapi sayang berbeda agama.

tuntas sudah pelajaran tentang cinta dan bahagia di masa mahasiswa. si bocah harus kembali menelan kenyataan pahit trauma kelas lima.

di saat kuliah hanya tinggal dua semester, ia harus berkorban pindah kuliah dan bekerja di perusahaan. lagi - lagi karena cashflow ia harus akselerasi masuk dunia kerja. kuliah sambil bekerja. kala itu, perusahaan milik keluarganya bekerja sama dengan perusahaan milik negeri. menangani proyek jalan di Pulau Kalimantan.

dari sana ia memulai hidup. merasakan manisnya gaji harus didahului dengan keringat. tidak ada makan siang gratis. semua ada argonya. 

proyek jalan menyelamatkan kuliahnya, ia lulus dan akhirnya jadi sarjana. kelulusan ini ia syukuri dengan sukacita. ia merasa hidupnya sempurna. jalan inilah yang mantap ia pilih. memegang perusahaan, mendapat penghidupan, dan mengaji kitab setiap senin - selasa.

tapi ia salah, keberadaannya tidak diperlukan. dari awal ia memang tidak memiliki tempat di perusahaan tersebut. 

Photo by Moritz Kindler on Unsplash 


sepuluh tahun lalu, saya bermimpi ingin laptop Apple. kala itu jaman jaman SMA kayaknya. jaman jaman cari laptop karena benda itu diwajibkan sekolah. tapi saat itu saya gagal dapat laptop tersebut. mungkin karena belum waktunya ya. akhirnya saya beli toshiba. 

di semester tiga kuliah, saya mulai tau wujud dari laptop Apple itu. Macbook namanya. Macbook Pro tepatnya. wujud laptop yang mengisi imajinasi saya. tapi kemudian saya tau kalau laptop itu harganya mahal. sepeda motor dijual pun masih belum kebeli itu Macbook. akhirnya saya beli Asus.

2020, setelah empat tahun bekerja mimpi saya pada Macbook mulai terbuka jalannya. berkat saudara kembar saya yang getol cerita Macbook bekas di bukalapak. lama lama kan saya gedeg juga. tapi hal itulah yang men-encourage saya untuk berani (lagi) bermimpi membeli Macbook. 

saya sempat mengubur impian untuk punya laptop Apple. karena menurut saya it's too high to reach. saya malah menyusun mimpi baru untuk membeli Laptop Microsoft Surface Book yang diketawain sama sodara saya karena nggak ada service centre nya. kala itu saya berpikir kalau Macbook itu udah nggak sesuai sama kebutuhan saya sekalipun saya ada uang buat beli. 


Photo by Surface on Unsplash


suatu pagi, saya menyadari bahwa Macbook bukan lagi tentang barang dengan fungsi yang tidak sesuai harga. ini tentang mimpi yang menjadi nyata.  

seminggu lalu, mimpi ini sampai ke rumah saya. dikirim dari Singapura, ia saya jemput di kantor kurir meski saya menunggu satu jam dulu sebelum kantornya buka. satu jam bukan waktu yang lama mengingat empat belas hari sebelumnya saya terus berdoa agar ia segera keluar dari custom clearance.

yup, mimpi itu akhirnya saya wujudkan 29 April namun baru 11 Mei ia benar benar sampai.

dari Macbook Pro yang saya pakai menulis postingan inilah saya kembali belajar. bahwa mengubur mimpi dan mengorbankan diri sendiri bukanlah solusi. 

menjalani hidup bisa jadi sesederhana mengangkat doa di malam hari. berkata jujur tanpa kiasan pada sang pemilik waktu. jujur kepada diri sendiri. berkontemplasi dalam hening. jujur kepada sang pemilik dunia. menerima takdir sebagai jawaban dari doa.

saya kemudian melepaskan segalanya, perusahaan, tanggungjawab, dan ambisi. saya memilih jalan yang saya yakini akan membawa saya kepada mimpi saya berkuliah di negeri para peri. saya terima tawaran perusahaan milik negeri untuk bekerja di kantor wilayah di kota minyak tepi pantai Kalimantan Timur. 

inilah babak baru hidup saya.


Photo by Ken Cheung on Unsplash


sekarang, saya melihat masa depan tak lagi sama. ia serupa galaxy milky way. terlihat jauh, tapi sebenarnya saya sudah berada di dalamnya. 

masa depan kini berwujud langit luas penuh bintang yang saya susun bersama pendamping hidup dalam bingkai pernikahan. setelah saya selesai dengan diri sendiri. kami melihat bersama, menjadi solusi atas masalah satu sama lain. saling mendukung, mencintai, dan mengerti. berbagi beban tanpa menjadi beban. berkompromi dan diskusi tanpa menjustifikasi. pasangan sehidup semati. pertaruhan yang akhirnya saling menemukan.

ya, pernikahan merupakan solusi. untuk saya yang tak lagi kuat sendiri.


Photo by Markus Winkler on Unsplash
 

jadi Riffat, apa yang kamu lihat 10 tahun kedepan ?

saya melihat diri saya meraih mimpi. a lady who live in dreamy world.




Bontang, 18 Mei 2020
25 Ramadhan 1441 Hijriah





Riffat Akhsan, yang yakin tadi malam adalah malam turunnya Lailatul Qadar.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)