Faizah dan Olahraga Baru : Panahan

By Riffat Akhsan - July 02, 2021

 

2021 benar benar mengubah hidup saya.

awalnya, saya berpikir untuk resign dari kantor dan kembali bekerja untuk perusahaan keluarga sembari menyiapkan aplikasi beasiswa ke Negeri Para Peri. 

namun semua berubah dengan pengunduran diri saya ditolak kantor, saya naik jabatan, dan beasiswa ke Negeri Para peri tidak dibuka tahun ini karena wabah COVID-19.

jadilah saya di sini, masih di Balikpapan, belajar menjadi pemimpin bagi serombongan laki - laki yang bahkan beberapa dari mereka usianya lebih tua dari abah saya dan saya lebih pantas sebagai cucu mereka alih - alih atasan.

jabatan baru, tantangan baru, tapi peraturan nya masih sama. i must learn as fast as possible agar tidak terlalu lama proses adaptasinya.

manusia boleh berencana, mantan atasan yang resign dan membuat saya berada di posisi ini yang menentukan. beliau tidak memberikan saya bekal apapun untuk transisi dan melenggang kangkung keluar kantor setelah dilantik menjadi Aparatur Sipil Negara.

air mata di sepertiga malam mengalir setiap hari. memulai dari nol dengan progress seperti panjat pinang.

hari - hari penuh kecemasan dimulai, dan pada haribaan medical receipt antidepresan lah saya kembali.

saya didiagnosis menderita gangguan kecemasan dan depresi tingkat sedang. karena tekanan menjadi yang termuda dan perempuan satu - satunya.

dokter umi (psikiater saya) melakukan terapi obat dan konseling berkala untuk saya. beliau memberi sugesti untuk membuat logika saya tidak liburan. bahwa kantor saya maklum kok dengan progress saya. tidak mungkin saya bisa sekejab menyamai apa yang telah mantan atasan saya raih secara instan.

saya hanya perlu bersungguh - sungguh bekerja tanpa menjadi terlalu keras pada diri sendiri.

and it really works.

saya menyadari bahwa memang dunia tidak selebay yang ada di kepala saya. tidak apa - apa menjadi yang paling bungsu. karena memang saya adalah manager paling baru.

hari - hari terlewati, beberapa kali salah mengambil keputusan. beberapa yang lain mengundang tawa maklum kepala departemen, dan sisa nya mengundang kesabaran para peers sesama manager karena saya yang kebanyakan tanya.

one day, saya menyadari bahwa memang saya tidak memiliki hobi olahraga di Balikpapan ini. dulu waktu di Bontang saya rajin main Badminton. bersama saudara kembar saya dan teman teman lain, saya memegang bola depan permainan ganda campuran.
 
memikirkan bermain ganda campuran di Balikpapan, pilihannya adalah bermain bersama orang kantor dan para insan PUPR. wah, mereka semua smasher. bermain melawan mereka yang ada saya akan selalu ditarik kebelakang dan berakhir di smash keras.

tidak tidak, saya belum rela mengizinkan diri saya bermain Badminton di Balikpapan.

Berkenalan dengan Panahan

dimulai dari saya yang diwajibkan kantor mengikuti webinar besutan FHCI BUMN (Forum Human Capital Indonesia) dengan tajuk "Talent Management and Development BUMN".

Thinking Ahead, Thinking Across, Thinking Again

Adalah kalimat yang saya highlight Dan menghipnotis saya. bahkan hingga berjam - jam setelah webinar berakhir saya masih terngiang - ngiang dengan kalimat ini.

skill yang paling sering diujikan kepada seorang manager adalah kemandiriannya dalam mengambil keputusan. juga kemampuan meng-upscale anggota tim dengan baik. karena lebih banyak manager di luar sana yang cemas dengan perubahan. ingin nya proyek aman lancar tanpa masalah. padahal transformasi adalah keniscayaan. bukan seharusnya menjadi sumber kecemasan.

saya lalu berdialog dengan diri sendiri. berusaha menggali perasaan terjujur diri ini. benarkah sumber kecemasan saya selama ini adalah karena adanya perubahan ?

jawabannya adalah iya.

menghadapi transformasi yang merupakan keniscayaan bisa dilakukan dengan metode berpikir tiga tahap sebelum mengambil keputusan : berpikir kedepan, berpikir dari perspektif berlawanan, dan berpikir ulang.


saya lalu menyadari, bahwa sumber kecemasan saya dan root cause kesalahan saya dalam mengambil keputusan adalah karena dua hal : pertama, saya selalu terintimidasi jika dalam posisi underpressure, intimidasi inilah yang membuat saya skip berpikir dari sisi berlawanan dan berpikir ulang. padahal waktunya ya cukup cukup aja.

saya lalu ingat makna filosofis dari olahraga panahan hadist Rasulullah. bahwa panahan untuk melatih fokus agar tetap tenang di situasi underpressure. sementara berkuda adalah tentang ketangkasan mengendalikan power.

menembak dan panahan adalah pilihan terapi untuk kecemasan saya. namun melihat risiko, saya masih belum berani dekat - dekat dengan senjata api.

saya rasa, panahan adalah opsi terbaik.

Sabtu, 5 Juni 2021. adalah hari pertama saya berlatih Panahan di bawah pelatih bersertifikat. Bu Ana, pelatih saya adalah ibu - ibu sabar yang terus menekankan saya untuk sabar dalam berproses. beliau berkali - kali berkata bahwa goal beliau bukan tentang berapa anak panah saya yang sempurna. tapi tentang benar tidaknya teknik dasar saya dalam memanah.

karena target sasaran adalah hasil (hilir), sementara teknik dasar adalah metode (hulu). jika teknik dasar benar, maka saya sudah mengunci separuh keberhasilan.

evaluasi awal, Bu Ana mengatakan bahwa saya terlalu takut untuk melepas. melesatkan anak panah juga melibatkan keyakinan. perfect timing tidak hanya melalui mata pikir yang membidik, tapi juga mata hati yang yakin.

kemudian, again, beliau mengevaluasi lesatan anak panah saya yang terintimidasi oleh waktu.

fisik, mental, dan energi saya benar - benar dilatih dalam sesi 90 menit latihan itu. mengangkat busur panah itu berat lho, menarik busur dan melesatkan anak panah butuh kekompakan seluruh indera.

ketenangan, fokus, endurance, kesabaran, dan keyakinan saya benar - benar di elevate melalui olahraga ini. setelah sesi latihan selesai, efek bahagia yang saya rasakan amat luar biasa. saya merasa seperti pulang rapat Provisional Hand Over dari proyek yang sukses. sebuah excitement langka bahwa saya telah berhasil dan tidak ada rapat panjang melelahkan lagi di kemudian hari.

sekejab, saya langsung jatuh cinta dengan panahan.

kali kedua, Bu Ana berhalangan hadir. saya ditangani oleh asisten beliau. para Atlet Panahan Wakil Provinsi yang bermain di level recurve dengan jarak 70 meter.

wow, saya yang anak kemarin sore ini. pemain baru level recurve jarak 5 meter. awalnya terintimidasi, tapi mereka meyakinkan saya bahwa mereka adalah pembimbing saya, bukan pesaing. kami bermain di level berbeda.

berlatih di bawah bimbingan atlet dengan jam terbang tinggi berbeda rasanya dengan pelatih. kali ini, saya diajak ke pace mereka. keras, serius, tapi progress nya jelas. 

evaluasi kedua, berbanding terbalik dengan evaluasi pertama. para kakak senior ini mengevaluasi saya yang terlalu cepat melepas anak panah di posisi yang belum yakin. 

takes your time Faizah, kamu bukan atlet. tidak ada yang perlu dikejar. tidak ada sesi penilaian dengan lembar scoring yang harus dihadapi. nggak ada yang Faizah kejar, just trust the process and enjoy your archery moment.


iya ya ? apa sih yang saya kejar dari olahraga ini ? selain serbuan rasa bahagia setelah sesi latihan ?

dari panahan, saya belajar bahwa tidak semua episode hidup adalah arena kompetisi. beberapa memang iya, namun lebih banyak episode episode yang dijalani tanpa target apapun juga tidak apa apa.

panahan, benar benar filosofis. 

dan Allah memberi saya kenikmatan lain di luar  rasa bahagia setelah sesi latihan. saya benar - benar tangguh untuk tetap bisa fokus underpressure. saya menjadi lebih tenang sekalipun rapat yang saya pimpin alot dan anggota saya berdebat tak kenal lelah. pulang dari hari berat kini sudah tidak sesering dulu urusan sakit kepala.

saya, mendapat manfaat nyata dari hadist nabi tentang panahan. 
  
saya bahagia.




Balikpapan, 2 Juli 2021





Faizah Riffat M.-- doanya selalu sama setiap mau berangkat latihan ; semoga tidak hujan.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)