Mencari Kedamaian di Damai Bahari

By Riffat Akhsan - July 02, 2021

ini adalah cerita mbak - mbak kantoran yang gabut di Jum'at sore.

saya ini kan andalan nya adalah laut Balikpapan. ke pasar maunya yang dekat laut : Klandasan, Balikpapan Permai, atau Sepinggan. Mall : kalau bukan Balikpapan Plaza ya Penta City.

sore itu, seperti jum'at yang lain. kantor saya pulang cepat sehingga saya masih bisa melihat matahari sore. 

namanya juga baru ya di Balikpapan, dengan percaya diri berpikir kalau pasar Balikpapan Permai itu kayak Pasar Klandasan. belakangnya laut. makanya saya semangat menyusuri gang - gang di pasar itu dengan harapan akan bertemu laut.

namun ternyata, perjalanan saya bermuara di sungai. bukan di laut. awalnya saya kaget dan exciting menemukan rumah - rumah kayu lama dengan halaman luas gang yang hanya bisa dilewati sepeda motor itu.

tapi kemudian saya sadar, ini adalah perkampungan nelayan 


di sinilah para nelayan itu hidup sejak lama. bekerja mencari ikan untuk di jual di pasar Balikpapan permai.


beberapa yang lain, yang pintar memutar modal membangun sebuah kost untuk mereka yang bekerja di seberang sungai.

mereka di sini adalah para penjaga loket parkir, petugas keamanan, dan petugas kebersihan. mereka berangkat kerja pukul 10 pagi dan pulang 12 jam kemudian. berjalan kaki, membawa bekal sendiri dan berjuang mengumpulkan pundi rupiah.


saya sempat bertanya apakah kapal - kapal ini memiliki paket wisata mengajak pengunjung menyusuri sungai ? yang dijawab dengan gelengan kepala dan kalimat "mau menyusuri gimana mbak, sungainya sampai sini aja"


iya juga ya...

pikir saya setuju. memang kedua ujung jalan ini buntu yang didukung fakta lebar penampang sungai yang pendek setelah segmen jalan nasional.
 


harus saya akui, sepanjang sungai memang ada beberapa gazebo cantik (dan pasti biaya pembuatannya mahal). namun sejatinya gazebo dibangun sebagai sarana menikmati pemandangan.

lantas bagaimana cara menikmati pemandangan ketimpangan sosial ini ?


sepanjang pengamatan saya, hanya ada satu pedagang yang mencoba mencari peruntungan dari "Objek Wisata" Damai Bahari ini.

namun hitungan bisnis saya tidak masuk jika para pengunjung disini didominasi warga lokal berumur belasan yang hanya ingin memperbanyak postingan instagram saja.

namun tak apa, saya sempat membeli air mineral kemasan di sini dengan harga bersahabat.


mencari kedamaian bukan di Damai Bahari tempatnya. mungkin di Masjid Jabalus Su'ada Bukit Damai Indah kali ya. 

berada di sini menyesakkan hati saya. seakan sungai menjadi jurang perbedaan kasta antara mereka yang di Damai Bahari dengan mereka yang di Balikpapan Superblock.

saya tidak melihat sebuah value added apapun dari Damai Bahari selain sebuah bantaran sungai yang dicor perkerasan rigid dan ketumpahan cat. dengan asumsi kawasan ini diperuntukkan untuk social media moment semata. sebuah kawasan yang sejatinya bisa membawa kedamaian bagi pengunjung alih - alih kepahitan dalam bingkai kemiskinan.



Balikpapan, 2 Juli 2021





Faizah Akhsan -- yang kadang usahanya mencari kedamaian berbuah pelajaran.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)