sumber gambar : blog efenerr
tulisan ini saya hadiahkan untuk diri saya sendiri yang mendapatkan pencapaian pindah jarak di olahraga panahan dan lolos kualifikasi UKP (Uji Kompetensi Pemanah) bulan depan.
menjadi si beruntung karena menekuni olahraga panahan, saya bersyukur bisa mengenal baik cabang olahraga membanggakan ini. film tentang panahan yang rilis untuk mengiringi olimpiade Rio 2016 nyatanya ditakdirkan Allah untuk saya tonton mengiringi olimpiade Tokyo 2020. sebuah film yang menjadi penanda excitement saya atas olahraga baru ini dan capaian ganda campuran panahan Indonesia yang lolos ke olimpiade.
Yana, Suma, Lilies yang Mencintai Panahan, dan Hidup yang Bukan Hanya Tentang Cinta....
pertama, turunkan ekspektasi bahwa film ini akan terus menampilkan adegan tiga srikandi ini memanah. kalau memang itu keinginanmu, menonton channel youtube world archery rasanya lebih cocok. karena sebagian besar durasi film ini berkisah tentang hidup, hidup sebagai manusia di luar olahraga panahan.
Nur Fitriyana, Lilies Handayani, Kusuma Wardhani. tiga orang pahlawan wanita pemberi medali pertama untuk negeri ini.
Olimpiade Seoul 1988, dari cabang olahraga panahan pertama kalinya tanah air mendapatkan medali perak sejak partisipasi negeri ini di kancah olimpiade 1952. mungkin gaungnya tidak seheboh duet maut Alan Budikusuma (tunggal putra) dan Susi Susanti (tunggal putri) dari sektor bulutangkis yang mengawinkan medali emas untuk Indonesia di Barcelona 1992. namun apapun warnanya, medali pertama dalam sejarah partisipasi Indonesia di Olimpiade dicatat oleh cabang olahraga panahan.
film ini bercerita di balik layar PP PERPANI (Pengurus Pusat Persatuan Panahan Nasional Indonesia) kala itu. juga KOI (Komite Olimpiade Indonesia) tentang situasi politik yang berimbas kepada capaian prestasi olimpiade. hal yang membuat Donald Pandiangan gagal berangkat Olimpiade Moscow 1980.
dalam meraih mimpi medali olimpiade. Yana, Suma, dan Lilies mengenal bahwa cinta saja tidak cukup. harus ada ambisi, kesabaran, disiplin, latihan fisik, keseimbangan, konsentrasi, dan latihan mental yang keras. menempa mereka untuk layak dan lolos menjadi seorang olimpian.
Yana dari DKI Jakarta, Suma dari Sulawesi Selatan, dan Lilies dari Jawa Timur. mengangkat busur dan melesatkan anak panah atas nama Indonesia. mewujudkan mimpi bangsa untuk mengharumkan bendera di pentas dunia.
di sini juga cukup digambarkan bagaimana pergulatan mental mereka ketika kalah di nomor individual putri, kalah dalam perebutan emas, dan diremehkan oleh atlet negara adidaya. sebuah rekaman untold story dibalik medali yang berhasil dibawa pulang. olahraga bukan hanya tentang atlet dan pelatih. di sana ada tim medis, manajemen, ofisial, dan tim lain yang tidak kalah penting. guna menciptakan kondisi yang kondusif untuk seorang atlet meraih medali.
The Important Thing in Life is Not to Triumph, But to Compete
Yang Paling Penting dalam Hidup Bukan Menaklukkan, Tapi Berjuang Keras.
sekali lagi. jangan berharap untuk menyaksikan dominasi adegan memanah beregu putri di film ini. kalau kamu maunya itu, saya sarankan nonton channel youtube World Archery aja. banyak video turnamen memanah tingkat tinggi yang kamu bisa tonton sambil deg - deg an dan akhirnya berdecak kagum.
karena olimpiade bukan tentang ajang. tapi tentang persiapan. maka, film ini juga begitu. lebih banyak menyorot tentang ups and down tim ini dalam menghadapi tujuan besar : olimpiade.
selain panahan. film ini juga bercerita tentang kehidupan.
Yana berhadapan dengan dilema kenyataan bahwa masa depan cerah seyogyanya diraih lewat pendidikan. saya merasa konflik Yana ini deep sekali. ada konflik antara Yana dan ayahnya, yang kecewa dengan kesatuan tempat ia bekerja yang kekecewaan itu dilampiaskan kepada putri tunggalnya. bahwa percuma menjadi kebanggaan negeri kalau tidak membanggakan keluarga. ironi kontradiktif yang untungnya ditutup konklusi yang manis.
Suma berhadapan dengan dilema mengamankan masa depan adalah dengan menjadi Aparatur Sipil Negara sebagai lambang puncak karier kehidupan (karena dia lolos tes PNS). sulitnya berjuang sebagai atlet perempuan dari luar jawa juga sedikit disinggung dalam penokohan karakter Suma. tentang dana dari pemerintah daerah yang tidak turun untuk membiayai atlet. padahal kesejahteraan si atlet juga masih dekat dengan garis kemiskinan.
Lilies berhadapan dengan pahitnya terhalang restu ibu mencintai sesama atlet, dilema akan gambaran masa depan ideal adalah tentang menikahi pengusaha dan hidup kaya raya. padahal ibu Lilies adalah mantan atlet panahan juga. issue kesejahteraan atlet setelah juara juga disinggung oleh film ini. di kasus Lilies, saya tepuk tangan dengan konklusi masalahnya.
dengan segala kesulitan yang dihadapi oleh ketiga Srikandi Indonesia ini. saya angkat topi atas raihan medali berwarna silver tersebut. benar ucapan bapak olimpiade dunia. yang penting dalam hidup bukan menaklukkan. tapi berjuang keras. karena setiap atlet berada di garis start hidup yang berbeda. ekosistem yang berbeda. dan faktor lingkungan yang berbeda.
Musuh Terbesar Seorang Pemanah adalah Dirinya Sendiri. Fokus.
ada banyak fakta nyata dunia panahan dan perjuangan atlet panahan yang coba diungkap oleh film ini. saya semangat sekali membahasnya. apalagi di Olimpiade Tokyo 2020 Tim Ganda Campuran Indonesia berhasil lolos ke perempat final dengan pelatih seorang Lilies Handayani.
pertama menu latihan fisik. kedua seorang atlet olimpiade yang memiliki dua sampai tiga set alat. ketiga release an tidak halus karena jari tidak rileks, itu sangat benar. dan fakta mental jatuh sebelum pertandingan itu hella kinda true.
Lilies Handayani
kemudian tentang adegan yang banyak dikritik para kritikus film. tentang Donald Pandiangan yang dirasa memiliki dendam dengan Adang Ajijie (pelatih tim beregu putra yang juga pacar Kusumawardhani) dan ikut campur masalah hubungan mereka.
kalau dari pandangan saya, yang menekuni olahraga panahan. adegan itu tidak berlebihan. diceritakan kalau grafik skor Suma turun dan penyebabnya diduga karena kebanyakan pacaran. well, itu benar. banyak atlet yang hilang fokus karena cinta.
sikap seorang Donald Pandiangan bukan dihadirkan tanpa sisi humanis sama sekali di film ini. saya rasa, adegan beliau yang sangat responsif ketika ibu Lilies kecelakaan. dan bagaimana cara ia menyemangati Lilies di pemakaman ibunya benar - benar menunjukkan kualitas pelatih nasional.
Pencapaian Hidup Seseorang Tidak Dilihat dari Prestasinya Saja. Tidak Salah Punya Mimpi, Namun yang Lebih Penting Adalah Apa yang Kamu Dapatkan Setelah Mimpimu Tercapai.

film ini tidak sempurna, namun berhasil membekukan sejarah bahwa perempuan juga berdaya dengan caranya
scene tentang nasionalisme dalam tekad membawa pulang medali untuk negeri tidak pernah gagal menumpahkan air mata saya. dan film ini berhasil membungkus dengan adegan - adegan dramatis yang luar biasa.
sebagai media hiburan dan komunikasi massa, saya rasa film ini sudah berupaya terbaik dalam memotret sejarah negeri ini di olimpiade. mereka berhasil menyajikan dilema para srikandi ini dalam meraih mimpi. merekam dan menyajikan perjalanan seorang olimpian. komedinya juga masuk di saya. punchline nya segar. timing nya tepat.
saya apresiasi sekali dengan dialek Makassar yang coba dihadirkan film ini. autentifikasinya mendekati dialek asli. untuk tokoh, saya sangat suka dengan karakter Lilies. si bungsu. lucu, segar, namun juga bisa serius. Chelsea Islan sukses memerankan seorang Lilies Handayani.
namun scene stealer saya nobatkan kepada Mang Ujang. setiap kemunculannya selalu mengundang tawa saya. dan adegan memanah di atas batu karang itu juara banget sih. archery range yang biasanya terpencil dan tenang benar - benar membantu kami untuk fokus dan konsentrasi selama latihan. saya aja suka meleset kalau ada distorsi suara. bagaimana mereka bisa tahan fokus dalam distorsi suara ombak menghantam karang yang menggelegar. saya salut. setabah dan seluar biasa itu menu latihan atlet nasional.
di akhir film ini masih banyak yang bertanya, tim panahan putri kita sudah berjuang maksimal. tapi kenapa kok Indonesia nggak dapat emas ? jawabannya adalah karena udah dari berabad lalu urusan panahan itu Korea Juaranya sista. bahkan presiden Korea Archery Association secara turun temurun adalah Presiden Hyundai Grup yang merupakan sponsor utama gelaran panahan bergengsi dunia. mungkin itu juga salah satu faktor sejak Olimpiade Seoul 1988 di mana cabang olahraga panahan dilombakan sampai dengan hari ini, Korea tidak pernah kehilangan medali emas di kategori beregu putri.
terima kasih sudah membaca. olahraga panahan itu menyenangkan. kamu harus coba setidaknya satu kali dalam seumur hidupmu.
Balikpapan, 22 Agustus 2021
Riffat Akhsan -- fix soundtrack film ini yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari - Tundukkan Dunia langsung jadi soundtrack penyemangat saya meraih mimpi.
0 comments
pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)