Hal - Hal yang Coba Saya Tawarkan Kepada 2022
bangun di pagi hari pertama 2022, badan saya tumbang karena demam, nyeri telan, pilek dan batuk.
bukan, bukan karena saya tertular penyakit pandemi yang diharapkan menjadi endemi itu. ya, saya kecapekan aja dengan semua yang terjadi.
entah mengapa saya begitu menyukai tahun genap. katakanlah ini kebetulan, namun hal - hal besar saya raih di tahun genap (biasanya) meskipun beberapa kenangan manis juga tercipta di tahun ganjil. itulah mengapa, saya memiliki optimisme akan tahun baru ini
2022 secara otomatis membuat ingatan saya terlempar ke satu dekade lalu. tahun 2012, dimana saya mulai bekerja, berkuliah, dan belajar mencari jawaban atas pertanyaan siapa saya dan apa sebenarnya yang saya mau.
meski masih banyak mimpi yang belum terwujud, saya belajar selama 10 tahun ini bahwa proses adalah progress itu sendiri. saya belajar merelakan apa yang menjadi takdir saya, di saat yang sama belajar menerima dengan penuh keridhoan apa yang menjadi takdir saya.
pandemi membuat saya menjadi lebih grounded, mindful, dan merasakan kedamaian sesungguhnya. saya sudah melupakan rancangan resolusi yang mendaki - daki. kini mencoba membuat rencana yang mendamaikan hati. saya banyak belajar bahwa salah satu cara termudah untuk bertumbuh adalah dengan jujur pada diri sendiri.
inilah hal - hal yang coba saya tawarkan kepada 2022
tetap memiliki resolusi kebendaan
Photo by Patrick Ward on Unsplash
saya harus jujur, bahwa saya merupakan manusia matrealis yang memiliki resolusi kebendaan setiap tahun. saya memiliki minat dan ketertarikan yang lebih pada teknologi futuristik yang dimiliki oleh perusahaan milik almarhum Steve Jobs.
saya baru sadar bahwa setiap tahun saya selalu membeli produk pabrik ini. saya membeli barang bekas, good quality, dengan harga sesuai kantong saya. prosesnya tidak mudah, karena melibatkan riset dan berbagai pertimbangan dalam konsiderasi. untuk tahun ini, saya berdoa untuk bisa membeli dan memiliki satu lagu produk dari pabrik Apple.
mencoba lebih banyak nge-blog dibanding ber-media sosial
menulis blog membuat saya berpikir ribuan kali sebelum posting. proses reflect-revise-edit ini membuat saya menyadari benar bahwa media adalah sarana pembentukan persona sebagaimana si creator ingin dilihat. hal ini yang di shortcut oleh media sosial. sehingga, pikiran spontan yang terupload menjadi konten di sosial media menjadi jejak digital selamanya.
ini yang saya pelajari di 2021 : media sosial juga merupakan manifestasi ruang publik. penting untuk bertanggungjawab atas apa - apa yang sudah saya tumpahkan di sana.
karenanya, saya memilih blog. karena menurut saya, pengunjung blog adalah kalangan yang cukup niche dan mayoritas dari mereka memiliki perspektif komprehensif.
journalling and meditating
saya berhasil menemukan kebahagiaan ketika menulis kesyukuran dan berbagai emosi yang muncul dalam diri saya : datang dan pergi selama pandemi. tahun - tahun dimana saya berada di bawah ketakutan karena sektor dimana saya bekerja merupakan sektor kritikal sehingga nyaris tidak pernah WFH. periode dimana saya harus tetap mobile memastikan pekerjaan infrastruktur jalan tetap terlaksana sesuai mutu, waktu, dan biaya akar konektivitas tetap berjalan baik.
di masa itu, saya mencoba journalling. untuk kepentingan well-being dan membuat saya tetap waras. dari kegiatan ini juga saya belajar untuk mengupas berbagai emosi yang saya miliki. berusaha untuk mencari akar dan berakhir pada identifikasi penyebab. menyadari apa hal yang benar saya inginkan, apa yang saya lakukan di bawah tekanan, dan tindakan apa yang ternyata saya lakukan atas dasar ketakutan.
di tahun ini saya ingin mempertahankan itu, memiliki jangkar agar tidak mudah oleng dalam semua ketidakpastian ini.
dalam upaya mencari titik jangkar yang tepat, saya mencoba untuk melakukan meditasi. bagi beberapa orang, proses ini terbatas pada latihan nafas dan membentuk pose tubuh tertentu. bagi saya, meditasi saya melibatkan proses spiritual yang dalam sebagaimana agama saya ajarkan.
saya bangun di sepertiga malam, sembahyang malam dan berdoa, setelah sebelumnya berkontemplasi lewat puluhan fatihah. saya berdoa dan memusatkan energi hanya tentang saya dan tuhan sang pencipta. kemudian ritual ini dilanjutkan dengan membaca surat Al-Waqiah hingga tiba waktu subuh.
meditasi dimulai dari merasa whole and content, hal ini hanya bisa saya dapat di pagi hari hingga fajar menyingsing. karenanya, menempatkan jangkar sangat penting bagi saya berdamai dengan diri sendiri. dan saya ingin tetap melakukan ini.
jika saya meneruskan nafsu menulis, mungkin masih banyak yang akan tercurah. namun sepertinya tiga hal itu saja esensi yang saya inginkan atas nama resolusi.
terima kasih sudah membaca, semoga kita bertemu di tulisan selanjutnya.
cheers for the better year ahead.
Bontang, 2 Januari 2022
Riffat Akhsan -- yang saat ini merasa sangat damai di halaman belakang rumahnya, kolam air tanah, suara bird chriping, dan semilir angin.
0 comments
pembaca yang baik, terima kasih telah berkunjung ke sini. silahkan meninggalkan kritik, saran, pesan, kesan, dan apresiasi untuk saya menulis lebih baik lagi. terima kasih pula untuk tidak nge-Spam di Blog Saya :)