Tripple Chocolate Extra Whipped Cream and Caramel Sauce. manis, tapi meninggalkan bulir pahit yang nyata.
saya datang tepat satu jam sebelum kedai kopi tutup. dengan lambang hijau dan posisinya yang selalu berada di gedung prestisius kedai kopi favorit saya ini menjadi magnet bagi mereka yang meminta kelas sosial. bahasa tubuh sedikit kikuk, kebingungan ketika menyebutkan pesanan, sedikit canggung dengan cara barista menyapa, dan obrolan yang terlalu keras dengan menyebutkan nominal serta pencapaian sehingga terdengar sampai ke meja tetangga adalah senyatanya teriakan atas ketidaknyamanan bentuk intimidasi dari kedai kopi dimana mereka memanjat ini.
malam ini langit samarinda mendung, semendung hati mereka dengan bumper rendah terkurung banjir hilir mahakam ditambah hujan yang awet. sedikit marah pada salah alam merenggut independensi mereka.
saya duduk di area terbuka dengan tangan kiri memegang coklat pesanan saya dan tangan kanan memegang gelas air putih. tatapan heran dari mereka yang meminta kelas dari sepetak kedai kopi mengiringi langkah saya : bertanya tanya apakah gelas air putih yang saya pegang berbayar ataukah gratis.
"ini rasa yang aku cari"
celetuk Fatimah pada tegukan pertama kopinya, memancing saya untuk ikut mencicipi "rasa" hati yang tertuang dalam segelas kopi.
cukup tau, ia dalam keadaan pahit elegan yang terbalut manis.
saya ? ah kedai kopi sudah tau jawabannya.
Samarinda, 15 November 2016
Riffat Akhsan