Selamat tahun baru :)
postingan pertama di 2020, dengan tampiln backend nya blogger yang baru setelah satu dekade. akhirnyaaaaaa, meskipun agak kagok cari tombol edit bisa juga saya menulis dengan nyaman memakai versi blogger yang lebih baru ini.
tulisan ini sudah ngedraft lama. tapi karena sibuk tugas akhir dan alhamdulillah pendidikan insinyur saya selesai. maka mari kita update blog tercinta ini.
Big Bad Wolf Balikpapan duluan, rapatnya belakangan. jadilah kamis, 7 November saya berangkat ke Balikpapan. awalnya simpel. temen saya di kampus si Fenny barengan sama Angel ngajakin roadtrip ke Balikpapan buat ke BBW. maklum, ini pertama kalinya BBW hadir di bumi kalimantan. saya waktu itu masih di Bontang waktu si Fenny sama Angel ngajakin sodara kembar saya. jarak Samarinda - Balikpapan juga nggak terlalu jauh sih. cuma masalahnya bos, saya waktu itu lagi di Bontang yang mana kalau mau ke Balikpapan kudu 3 jam dulu ke Samarinda. lalu lanjut 3 jam ke Balikpapan.
sempat super bingung mau ikut apa enggak. karena memori saya tentang Balikpapan itu kurang bagus. waktu itu saya ingat kota ini memiliki aura angkuh dan selebihnya saya tidak berminat untuk jalan - jalan selain take off - landing dari bandara internasionalnya.
kemudian, H-3 dari jadwal saya baru memutuskan berangkat karena kantor wilayah dimana saya bekerja pindah lokasi dari Samarinda ke Balikpapan. hari itu untuk pertama kalinya saya harus menghadiri rapat progress di kantor wilayah yang baru di Balikpapan.
saya terpukau dengan koleksi buku yang dihadirkan di BBW. terutama di bagian design & architecture, business & economics, family & relationship. buku - buku impor yang selama ini masih jadi wish list saya karena harganya yang mencapai beberapa ratus ribu dollar bisa saya dapatkan hanya dengan beberapa ratus ribu rupiah.
saya pulang dengan membawa sekitar lima belas buku. rasanya menyenangkan memboyong buku - buku yang kalau saya total dengan harga di marketplace harganya setara satu buah sepeda motor. namun di BBW, saya hanya membayar sepersepuluhnya.
habis belanja. foto - foto kami sempat duduk di food court BBW. makanannya lumayan enak dengan harga masuk akal. kelar dari BBW, kami langsung check in ke guest house dekat kantor. saya masih belum lupa kantor lah booster perjalanan ini. secara lahir batin. fisik maupun finansial. eh.
malamnya saya diajak Fenny untuk jalan jalan ke mall Penta City yang terhubung ke mall e - walk. yaampun saya langsung jatuh cinta dengan Penta City. mengingatkan sama mall kesayangan saya di Surabaya : Grand City.
e walk mall
meski terhubung, Penta City dan E Walk memiliki suasana dan segmentasi yang berbeda. e - walk memberi suasana yang berbeda dengan warna - warna ceria dan fasad toko toko yang berbau eropa dengan segmentasi pasar middle up. sementara Penta City lebih memberikan nuansa mewah dengan lighting yang kalem dan warna - warna pastel. segmentasi pasar mall ini lebih ke arah High End.
yang menarik, Penta City mengundang pengunjung e walk dengan spot fotonya yang tematik.
kemudian sisa malam kami habiskan dengan menyusuri garis pantai mulai dari depan RS Pertamina sampai ke Manggar. disinilah saya bisa menyerap irama, energi, dan suasana Balikpapan. di titik inilah memori kurang baik saya atas kota ini membaik dan akhirnya netral.
***
"aku sudah bekerja keras. aku layak mendapatkan kemewahan dan eksklusivitas"
"aku sudah bertahan dari situasi tidak mengenakkan di kantor" menjadi pembenaran atas keangkuhan sikap yang sekali dua kali terlihat kepada pelayan/low level employee di akhir pekan.
"kok begini pelayanannya, harusnya begini. harusnya begitu" nyinyiran yang dirasa benar karena pengalaman perjalanan dinas dan menerima service nomor wahid.
***
stress tinggi yang melingkupi jiwa mayoritas penduduk kota inilah yang akhirnya memberi kesimpulan pada Riffat kecil tentang makna "angkuh". kira - kira begitulah kontemplasi saya atas "rasa" Balikpapan.
namun ketika kembali ke kota ini dalam usia yang lebih dewasa, saya akhirnya mengerti bahwa aura kota ini adalah aura bekerja keras. mayoritas penghuni Balikpapan adalah pekerja. sekalipun bergaji besar, pekerja tetaplah pekerja yang tidak memiliki kemerdekaan waktu dan finansial. hal inilah yang ditangkap oleh indra batin masa kecil saya dulu.
kembali ke kota ini, saya lebih bisa berempati. hidup memang tidak mudah. namun Balikpapan memberi pelajaran pada saya bahwa lapang dada dan rasa syukur adalah mata uang yang mahal harganya. bagaimana hidup menghadapi kita adalah satu hal. bagaimana kita menghadapi hidup adalah lain perkara. mereka adalah dua hal yang sebenarnya berbeda namun seringkali selalu dipandang jadi satu. padahal, memang lebih baik membuatnya terpisah.
saya menutup hari dengan senyum bahagia. jiwa saya refresh. hati saya gembira.
paginya saya langsung ke kantor wilayah. rapat terkait salah satu perusahaan dalam holding company dimana saya bekerja yang terlibat dalam dua proyek kerjasama dengan kantor wilayah tersebut. rapat berlangsung lancar dan ternyata jam sudah menunjukkan tengah hari.
bangga membangun negeri
Fenny yang waktu itu nungguin saya dan Fatimah rapat mengusulkan untuk jalan jalan ke Pantai Lamaru yang sepi kalau hari kerja. tapi sebelumnya dia mau ke gramedia dulu buat beliin titipan saudaranya. kami langsung memutuskan ke mall Balikpapan Plaza.
Fenny di Balikpapan Plaza
karena kelaparan, kami langsung beli McDonald via drive thru aja untuk nanti dimakan di pantai. terniat banget bawa bekal buat piknik di Pantai Lamaru.
Lamaru menyambut dengan ramah. jalan tanah dengan pohon pinus di kiri kanan jalan membuat keinginan untuk ke Korea memanggil manggil. indah sekali.
kami berhenti di bibir pantai yang menghadap ke laut. tanpa mematikan mesin. hanya makan sambil memandang laut. how a beautiful way to get a lunch.
setelah makan, tidak ada yang kami lakukan. hanya duduk diam, memandang laut. terima kasih ya Allah untuk kesempatan ini.
setelah dirasa cukup, kami langsung balik karena besoknya saya harus masuk kantor. Alhamdulillah. perjalanan yang singkat tapi menyenangkan. terima kasih Balikpapan, terima kasih kantor wilayah untuk undangan rapatnya, terima kasih abah umi untuk izinnya :)))
Bontang, 17 Januari 2020
Riffat Akhsan. -- yang secara kebetulan ingat kalau hari ini adalah anniversary ke 27 pernikahan orangtuanya.